B-2 in flight over the Mississippi River (St. Louis, Missouri) with the Gateway Arch and Busch Stadium in the background.Northrop Grumman B-2 adalah pesawat perang berteknologi stealth yang digunakan untuk mengembom. Dijalankan oleh Angkatan Perang Udara Amerika Serikat. Pesawat ini tidak mampu terbang cepat dan mudah dimusnahkan jika dilihat. Tipe Stealth bomber Produsen Northrop Corporation Northrop Grumman Pertama terbang 17 July 1989 Status Active service Pemakai United States Air Force Jumlah dibuat 21[1][2] Harga satuan $737 million sampai dengan $2.2 billion[3 General characteristics Crew: 2 Length: 69 ft (21 m) Wingspan: 172 ft (52.4 m) Height: 17 ft (5.2 m) Wing area: 5,000 ft² (460 m²) Empty weight: 158,000 lb (71.7 t) Loaded weight: 336,500 lb (152.6 t) Max takeoff weight: 376,000 lb (171.0 t) Powerplant: 4× General Electric F118-GE-100 turbofans, 17,300 lbf (77 kN) each Performance Maximum speed: 410 knots (760 km/h, 470 mph) Range: 5,600 nm (10,400 km, 6,400 mi) Service ceiling 50,000 ft (15,000 m) Wing loading: 67.3 lb/ft² (329 kg/m²) Thrust/weight: 0.205 Armament 2 internal bays for 50,000 lb (22,700 kg) of ordnance.[40] 80× 500 lb class bombs (Mk-82) mounted on Bomb Rack Assembly (BRA) 36× 750 lb CBU class bombs on BRA 16× 2000 lb class weapons (Mk-84, JDAM-84, JDAM-102) mounted on Rotary Launcher Assembly (RLA) 16× B61 or B83 nuclear weapons on RLA . |
nawarblog
DAFTAR BEBERAPA PESAWAT-PESAWAT TEMPUR
Minggu, 04 Oktober 2009
The Northrop Grumman B-2 Spirit
F- 16 TNI AU
F-16 Fighting Falcon adalah jet tempur multi-peran yang dikembangkan oleh General Dynamics, di Amerika Serikat. Pesawat ini awalnya dirancang sebagai pesawat tempur ringan, dan akhirnya berevolusi menjadi pesawat tempur multi-peran yang sangat populer. Kemampuan F-16 untuk bisa dipakai untuk segala macam misi inilah yang membuatnya sangat sukses di pasar ekspor, dan dipakai oleh 24 negara selain Amerika Serikat.[1] Pesawat ini sangat popular di mata international dan telah digunakan oleh 25 angkatan udara. F-16 merupakan proyek pesawat tempur Barat yang paling besar dan signifikan, dengan sekitar 4000 F-16 sudah di produksi sejak 1976. Pesawat ini sudah tidak diproduksi untuk Angkatan Udara Amerika Serikat, tapi masih diproduksi untuk ekspor.
F-16 dikenal memiliki kemampuan tempur di udara yang sangat baik, dengan inovasi seperti tutup kokpit tanpa bingkai yang memperjelas penglihatan, gagang pengendali samping untuk memudahkan kontrol pada kecepatan tinggi, dan kursi kokpit yang dirancang untuk mengurangi efek g-force pada pilot. Pesawat ini juga merupakan pesawat tempur pertama yang dibuat untu menahan belokan pada percepatan 9g.
Pada tahun 1993, General Dynamics menjual bisnis produksi pesawat mereka kepada Lockheed Corporation, yang kemudian menjadi bagian dari Lockheed Martin setelah merger dengan Martin Marietta pada tahun 1995
Sejarah
Pada tahun 1960-an, Angkatan Udara dan Angkatan Laut Amerika Serikat menyimpulkan bahwa masa depan pertempuran udara akan ditentukan oleh peluru kendali yang semakin modern. Dan bahwa pesawat tempur masa depan akan digunakan untuk mengejaran jarak jauh, berkecepatan tinggi, dan menggunakan sistem radar yang sangat kuat untuk mendeteksi musuh dari kejauhan. Ini membuat desain pesawat tempur masa ini lebih seperti interseptor daripada pesawat tempur klasik. Pada saat itu, Amerika Serikat menganggap pesawat F-111 (yang pada saat itu masih dalam tahap pengembangan) dan F-4 Phantom akan cukup untuk kebutuhan pesawat tempur jarak jauh dan menengah, dan didukung oleh pesawat jarak dekat bermesin tunggal seperti F-100 Super Sabre, F-104 Starfighter, dan F-8 Crusader.
Pada Perang Vietnam, Amerika Serikat menyadari bahwa masih banyak kelemahan pada pesawat-pesawat mereka. Peluru kendali udara ke udara pada masa itu masih memiliki banyak masalah, dan pemakaiannya juga dibatasi oleh aturan-aturan tertentu. Selain itu, pertempuran di udara lebih banyak berbentuk pertempuran jarak dekat dimana kelincahan di udara dan senjata jarak dekat sangat diperlukan.
Kolonel John Boyd mengembangkan teori tentang perawatan energi pada pertempuran pesawat tempur, yang bergantung pada sayap yang besar untuk bisa melakukan manuver udara yang baik. Sayap yang lebih besar akan menghasilkan gesekan yang lebih besar saat terbang, dan biasanya menghasilkan jarak jangkau yang lebih sedikit dan kecepatan maksimum yang lebih kecil. Boyd menganggap pengorbanan jarak dan kecepatan perlu untuk menghasilkan pesawat yang bisa bermanuver dengan baik. Pada saat yang sama, pengembangan F-111 menemui banyak masalah, yang mengakibatkan pembatalannya, dan munculnya desain baru, yaitu F-14 Tomcat. Dorongan Boyd tentang pentingnya pesawat yang lincah, gagalnya program F-111, dan munculnya informasi tentang MiG-25 yang saat itu kemampuan dibesar-besarkan membuat Angkatan Udara Amerika Serikat memulai perancangan pesawat mereka sendiri, yang akhirnya menghasilkan F-15 Eagle.
Pada saat pengembangannya, F-15 berevolusi menjadi besar dan berat seperti F-111. Ini membuat Boyd frustrasi dan ia pun meyakinkan beberapa petinggi Angkatan Udara lain bahwa F-15 membutuhkan dukungan dari pesawat tempur yang lebih ringan. Grup petinggi Angkatan Udara ini menyebut diri mereka "fighter mafia", dan mereka bersikeras akan dibutuhkannya program Pesawat Tempur Ringan (Light Weight Fighter, LWF).
Pada Mei 1971, Kongres Amerika Serikat mengeluarkan laporan yang mengkritik tajam program F-14 dan F-15. Kongres mengiyakan pendanaan untuk program LWF sebesar US$50 juta, dengan tambahan $12 juta pada tahun berikutnya. Beberapa perusahaan memberikan proposal, tetapi hanya General Dynamics dan Northrop yang sebelumnya sudah memulai perancangan dipilih untuk memproduksi prototip. Pesawat mereka mulai diuji pada tahun 1974. Program LWF awalnya merupakan program evaluasi tanpa direncanakan pembelian versi produksinya, tetapi akhirnya program ini dirubah namanya menjadi Air Combat Fighter, dan Angkatan Udara AS mengumumkan rencana untuk membeli 650 produk ACF. Pada tanggal 13 Januari 1975 diumumkan bahwa YF-16 General Dynamics mengalahkan saingannya, YF-17.
Varian
Varian F-16 ditandai oleh nomer blok yang menandakan pembaruan yang signifikan. Blok ini mencakup versi kursi tunggal dan kursi ganda.
F-16 A/B
F-16 A/B awalnya dilengkapi Westinghouse AN/APG-66 Pulse-doppler radar, Pratt & Whitney F100-PW-200 turbofan, dengan 14.670 lbf (64.9 kN), 23.830 lbf (106,0 kN) dengan afterburner. Angkatan Udara AS membeli 674 F-16A dan 121 F-16B, pengiriman selesai pada Maret 1985.
Blok 1
Blok awal (Blok 1/5/10) memiliki relatif sedikit perbedaan. Sebagian besar diperbarui menjadi Blok 10 pada awal 1980-an. Ada 94 Blok 1, 197 Blok 5, dan 312 Blok 10 yang diproduksi. Blok 1 model awal produksi dengan hidung dicat hitam.
Blok 5
Diketahui kemudian bahwa hidung hitam menjadi identifikasi visual jarak jauh untuk pesawat Blok 1, sehingga warnanya diubah menjadi abu-abu untuk Blok 5 ini. Pada F-16 Blok 1, ditemukan bahwa air hujan dapat berkumpul pada beberapa titik di badan pesawat, sehingga untuk Blok 5 dibuat lubang saluran air.
Blok 10
Pada akhir 1970-an, Uni Soviet secara signifikan mengurangi ekspor titanium, sehingga produsen F-16 mulai menggunakan alumunium. Metode baru pun dilakukan: aluminum disekrup ke permukaan pesawat Blok 10, menggantikan cara pengeleman pada pesawat sebelumnya.
Blok 15
Perubahan besar pertama F-16, pesawat Blok 15 ditambahkan stabiliser horizontal yang lebih besar, ditambah dua hardpoint di bagian dagu, radar AN/APG-66 yang lebih baru, dan menambah kapasitas hardpoint bawah sayap. F-16 diberikan radio UHF Have Quick II. Blok 15 adalah varian F-16 yang paling banyak diproduksi, yaitu 983 buah. Produksi terakhir dikirim pada tahun 1996 ke Thailand. Indonesia memiliki varian ini sebanyak 12 unit.
Blok 15 OCU
Mulai tahun 1987 pesawat Blok dikirim ke dengan memenuhi standar Operational Capability Upgrade (OCU), yang mencakup mesin F100-PW-220 turbofans dengan kontrol digital, kemamampuan menembakkan AGM-65, AMRAAM, dan AGM-119 Penguin, serta pembaruan pada kokpit, komputer, dan jalur data. Berat maksimum lepas landasnya bertambah menjadi 17.000 kg. 214 pesawat menerima pembaruan ini, ditambah dengan beberapa pesawat Blok 10.
Blok 20
150 Blok 15 OCU untuk Taiwan dengan tambahan kemampuan yang serupa dengan F-16 C/D Blok 50/52: menembakkan AGM-45 Shrike, AGM-84 Harpoon, AGM-88 HARM, dan bisa membawa LANTIRN. Komputer pada Blok 20 diperbarui secara signifikan, dengan kecepatan proses 740 kali lipat, dan memori 180 kali lipat dari Blok 15 OCU.
Spesifikasi (F-16C Blok 30)
Karakteristik umum
Kru: 1
Panjang: 49 ft 5 in (14.8 m)
Lebar sayap: 32 ft 8 in (9.8 m)
Tinggi: 16 ft (4.8 m)
Area sayap: 300 ft² (27.87 m²)
Airfoil: NACA 64A204 root and tip
Berat kosong: 18,238 lb (8,272 kg)
Berat terisi: 26,463 lb (12,003 kg)
Berat maksimum lepas landas: 42,300 lb (16,875 kg)
Mesin: 1× Pratt & Whitney F100-PW-220 afterburning turbofan
Dorongan kering: 14,590 lbf (64.9 kN)
Dorongan dengan afterburner: 23,770 lbf (105.7 kN)
Alternate powerplant: 1× General Electric F110-GE-100 afterburning turbofan
Dry thrust: 17,155 lbf (76.3 kN)
Thrust with afterburner: 28,985 lbf (128.9 kN)
Performa
Kecepatan maksimum: >Mach 2 (1,320 mph, 2,124 km/h) at altitude
Radius tempur: 340 mi (295 nm, 550 km) on a hi-lo-hi mission with six 1,000 lb (450 kg) bombs
Jarak jangkau ferri: >3,200 mi (2,800 nm, 4,800 km)
Atap servis: >55,000 ft (15,000 m)
Tingkat panjat: 50,000 ft/min (260 m/s)
Wing loading: 88.2 lb/ft² (431 kg/m²)
Dorongan/berat: F100 0.898; F110 1.095
Persenjataan
Senjata api: 1× 20 mm (0.787 in) M61 Vulcan gatling gun, 511 rounds
Roket: 2¾ in (70 mm) CRV7
Rudal:
Air-to-air missiles:
6× AIM-9 Sidewinder or
6× AIM-120 AMRAAM or
6× Python-4
Air-to-ground missiles:
6× AGM-65 Maverick or
4× AGM-88 HARM
Anti-ship missiles: 4× AGM-119 Penguin
Bom:
2× CBU-87 cluster
2× CBU-89 gator mine
2× CBU-97
4× GBU-10 Paveway
6× GBU-12 Paveway II
6× Paveway-series laser-guided bombs
4× JDAM
4× Mk 80 series
B61 nuclear bomb
SU- 27 MK TNI AU
Sukhoi Su-27 (kode NATO: Flanker) adalah pesawat tempur yang awalnya diproduksi oleh Uni Soviet, dan dirancang oleh Biro Disain Sukhoi. Pesawat ini direncanakan untuk menjadi saingan utama generasi baru pesawat tempur Amerika Serikat (yaitu F-14 Tomcat, F-15 Eagle, F-16 Fighting Falcon, dan F/A-18 Hornet). Su-27 memiliki jarak jangkau yang jauh, persenjataan yang berat, dan kelincahan yang tinggi. Pesawat ini sering disebut sebagai hasil persaingan antara Sukhoi dengan Mikoyan-Gurevich, karena Su-27 dan MiG-29 berbentuk mirip. Ini adalah keliru, karena Su-27 dirancang sebagai pesawat interseptor dan pesawat tempur superioritas udara jarak jauh, sedangkan MiG-29 dirancang untuk mengisi peran pesawat tempur pendukung jarak dekat.
Sejarah
Pada tahun 1969, Uni Soviet mendapatkan informasi bahwa Angkatan Udara Amerika Serikat telah memilih McDonnell Douglas untuk memproduksi rancangan pesawat tempur eksperimental (yang akan berevolusi menjadi F-15). Untuk menghadapi ancaman masa depan ini, Uni Soviet memulai program PFI (Perspektivnyi Frontovoy Istrebitel, "pesawat tempur taktis mutakhir") yang direncanakan menghasilkan pesawat yang bisa menyaingi hasil rancangan Amerika Serikat.
Namun, spesifikasi yang dibutuhkan untuk memenuhi syarat-syarat program ini pada satu pesawat saja ternyata terlalu rumit dan mahal. Maka program ini dibagi menjadi dua, yaitu TPFI (Tyazholyi Perspektivnyi Frontovoi Istrebitel, "pesawat tempur taktis mutakhir berat") and the LPFI (Legkiy Perspektivnyi Frontovoi Istrebitel, "pesawat tempur taktis mutakhir ringan"). Langkah ini juga mirip apa yang dilakukan Amerika Serikat, dimana Amerika Serikat memulai program "Lightweight Fighter" yang nantinya akan menghasilkan F-16. Sukhoi OKB diberikan program TPFI.
Rancangan Sukhoi pertama kali muncul sebagai pesawat sayap delta T-10, yang pertama terbang pada tanggal 20 Mei 1977. T-10 terlihat oleh pengamat Barat, dan diberikan kode NATO Flanker-A. Perkembangan T-10 menemui banyak masalah, yang berakibat pada kehancuran ketika salah satu pesawat ini jatuh pada tanggal 7 Mei 1978. Kejadian ini kemudian ditindaklanjuti dengan banyak modifikasi perancangan, yang menghasilkan T-10S, yang terbang pertama kali pada 20 April 1981. Pesawat ini juga menemui kesulitan, dan jatuh pada tanggal 23 Desember 1981.
Versi produksi pesawat ini (Su-27 atau Su-27S, dengan kode NATO Flanker-B) mulai dipakai Angkatan Udara Soviet pada tahun 1984, tetapi baru dipakai menyeluruh tahun 1986, karena sempat terhambat oleh masalah produksi. Pesawat ini dipakai oleh Pertahanan Anti Udara Soviet (Voyska PVO) dan Angkatan Udara Soviet (VVS). Pemakaiannya di V-PVO adalah sebagai interseptor, menggantikan Sukhoi Su-15 and Tupolev Tu-28. Dan pemakaiannya di VVS lebih difokuskan kepada interdiksi udara, dengan tugas menyerang pesawat bahan bakar dan AWACS, yang dianggap sebagai aset penting angkatan udara NATO.
Desain
Kokpit Su-27.Desain aerodinamisasi dasar dari Su-27 mirip dengan MiG-29 hanya lebih besar. Pesawat ini sangat besar sehingga untuk meringankan beratnya material titanium banyak digunakan (sekitar 30%). tidak ada material komposit yang digunakan. Sayap yang sayung kebelakang menyatu dengan badan pesawat pada perpanjangan leading edge dan pada dasarnya sayap berbentuk delta, hanya bagian ujung luar saja yang dipotong untuk tempat rel rudal diujung sayap. Su-27 bukanlah sebuah pesawat delta murni karena masih mempertahankan bentuk ekor konvensional, dengan menggunakan 2 sirip ekor vertikal di sisi luar kedua mesinnya, dan dibantu dengan 2 ekor tengah melipat kebawah untuk membantu stabilitas lateral.
Mesin turbofan Lyulka AL-31F disediakan tempat yang sangat lebar, tempat yang lebar ini disediakan untuk alasan keamanan dan untuk menjamin aliran udara yang tidak terputus pada bukaan udara masuk. Ruangan yang tercipta diantara dua buah mesin juga menyediakan daya angkat tambahan sehingga mengurangi beban sayap. Saluran penuntun yang bisa digerakan pada bukaan udara masuk memungkinkan pesawat mencapai kecepatan Mach 2+ , dan membantu menjaga aliran udara mesin pada saat sudut alpha tinggi.Sebuah layar penyaring ditempatkan pada bukaan udara masuk untuk melindungi mesin dari kotoran saat lepas landas.
Su-27 adalah pesawat operasional pertama Uni Soviet yang menggunakan sistem kontrol penerbangan fly by wire , dikembangkan berdasarkan pengalaman Sukhoi OKB pada proyek Pengebom Sukhoi T-4. Sistem ini dikombinasi dengan beban saya yang relatif rendah dan kontrol penerbangan dasar yang kuat , maka menghasilkan pesawat yang luar biasa lincah, tetap mudah dikontrol walaupun pada kecepatan sanagat rendah dan susut serang tinggi. Pada pameran dirgantara , pesawat ini mampu mendemonstrasikan kemampuan manuvernya dengan aksi "patukan kobra" (kobra Pugachev) atau pengereman dinamis - mempertahankan level penerbangan pada sudut serang 120°. Pengarah semburan jet juga sudah di uji coba dan sudah diterapkan pada model-model akhir yaitu Su-30MKI dan Su-37, memungkinkan pesawat untuk berbalik tajam dengan radius putar hampir nol, menggunakan teknik somersault vertikal ke gerakan pelurusan kembali dan mengambang terbatas dengan hidung pesawat menghadap keatas.
Versi laut dari Flanker (lebih dikenal dengan nama Su-33), menggunakan kanard untuk daya angkat tambahan, mengurangi jarak lepas landas (sangat penting untuk kapal yang beroperasi dari kapal induk tanpa sistem ketapel , Admiral Kuznetsov ). Kanard ini juga digunakan pada beberapa Su-30, Su-35, dan Su-37.
Kanopi Su-27UB.Sebagai tambahan pada kelincahannya , Su-27 menggunakan volume internalnya yang besar untuk menyimpan bahan bakar dalam jumlah besar pula. Pada konfigurasi berlebih untuk jarak tempuh maksimum, pesawat ini mampu membawa 9.400 kg bahan bakar internal, bagaimanapun juga dengan beban seperti itu kemampuan manuvernya menjadi terbatas, dan beban normal adalah 5.270 kg.
Su-27 dipersenjatai dengan sebuah kanon Gryazev-Shipunov GSh-30-1 kaliber 30 mm di pangkal sayapnya, dan mempunyai 10 cantelan senjata untuk tempat rudal dan senjata lainya. Standar persenjataan rudal untuk pertempuran udara ke udara adalah campuran dari rudal Vympel R-73 (AA-11 Archer) dan rudal Vympel R-27 (AA-10 'Alamo') , Senjata terakhir mempunyai versi jarak tempuh yang diperjauh dan model kendali infra merah. Varian Flanker yang lebih canggih seperti Su-30, Su-35, dan Su-37 juga bisa membawa rudal Vympel R-77 (AA-12 Adder).
Su-27 mempunyai sebuah display kepala tegak berkontras tinggi yang bisa disetel dan incaran yang dipasang di helm , dimana , bila dipasangkan dengan rudal R-73 dan kelincahan pesawat yang sangat tinggi membuat pesawat ini menjadi salah satu pesawat terbaik untuk pertempuran udara jarak dekat.
Radar Su-27 terbukti menjadi masalah besar dalam pengembangan Su-27. Permintaan awal dari Uni soviet adalah sangat ambisius , mengharapkan kemapuan untuk menyergap multi target dan jarak pantau 200km terhadap pesawat seukuran pengebom (RCS 16 meter persegi untuk sebuah Tu-16). Hal ini akan melampaui kemampuan deteksi radar APG-63 dari F-15 (sekitar 180km untuk target ber-RCS 100 meter persegi) dan kemampuan radar Su-27 ini kira-kira setara dengan Zaslon phased array radar seberat 1 ton yang digunakan di pesawat MiG-31.
Sejarah tempur
Su-27 di udara.Walaupun Su-27 dianggap memiliki kelincahan yang mengagumkan, pesawat ini belum banyak dipakai pada petempuran yang sebenarnya. Pemakaian pesawat ini yang patut disebut adalah pada Perang Ethiopia-Eritrea, dimana pesawat-pesawat Sukhoi Su-27A Ethiopia dipakai untuk melindungi pesawat pengebom Mig-21 dan Mig-23. Pada perang itu, pesawat-pesawat Su-27 tersebut berhasil menghancurkan empat Mig-29 Eritrea.
Salah satu pilot yang berhasil menembak jatuh lawan adalah Aster Tolossa, yang menjadi wanita Afrika pertama yang memenangi sebuah pertempuran udara.
Pengguna Su-27/30 berwarna biru dan calon pengguna berwarna hitam.Sekitar 680 Su-27 diproduksi oleh Uni Soviet, dan 400 dipakai oleh Rusia. Negara mantan Soviet yang memiliki pesawat ini adalah Ukraina dengan 60 pesawat, Belarusia dengan sekitar 25 pesawat, Kazakstan dengan sekitar 30 dan sudah memesan 12 pesawat lagi, dan Uzbekistan dengan 25 buah.
Tiongkok menerima 26 pesawat pada tahun 1991, dan 22 lagi pada 1995. Kemudian pada tahun 1998 mereka menandatangani kontrak untuk lisensi produksi 200 pesawat ini dengan nama Shenyang J-11. Vietnam memiliki 12 Su-27SK dan telah memesan 24 lagi. Ethiopia memiliki 8 Su-27A dan 2 Su-27U. Indonesia mempunyai 2 Su-27SK and 2 Su-30MKI serta telah memesan 6 lagi. Dan Angola telah menerima sekitar 8 Su-27/27UB. Meksiko berencana untuk membeli 8 Su-27s dan 2 pesawat latihan Su-27UB.[1]
Amerika Serikat juga disinyalir memiliki satu Su-27 Flanker B dan satu Su-27 UB. Tiga pesawat ini masuk sebagai registrasi sipil, dan salah satunya tiba di Amerika Serikat menggunakan pesawat Antonov-62.
Indonesia (TNI-AU) mulai menggunakan keluarga Sukhoi-27 pada tahun 2003 setelah batalnya kontrak pembelian 12 unit Su-30MKI pada 1996. Kontrak tahun 2003 mencakup pembelian 2 unit Sukhoi-27SK dan 2 unit Sukhoi-30MK senilai 192 juta dolar AS tanpa paket senjata. Empat tahun kemudian pada acara MAKS 2007 di Moskow Departemen Pertahanan mengumumkan kontrak unruk pembelian 3 unit Sukhoi-27SKM dan 3 unit Sukhoi-30MK2 senilai 350 juta dolar AS.[2]
Spesifikasi (Sukhoi Su-27)
Karakteristik umum
Kru: Satu
Panjang: 21,9 m (72 ft)
Lebar sayap: 14,7 m (48 ft 3 in)
Leading edge sweep: 42°)
Tinggi: 5,93 m (19 ft 6 in)
Area sayap: 62 m² (667 ft²)
Berat kosong: 16.380 kg (36.100 lb)
Berat terisi: 23.000 kg (50.690 lb)
Berat maksimum lepas landas: 33.000 kg (62.400 lb)
Mesin: 2× Lyulka AL-31F turbofan, 122,8 kN (27.600 lbf) each
Performa
Kecepatan maksimum: 2.500 km/jam (1.550 mph Mach 2.35)
Jarak jangkau: 1.340 km pada ketinggian air laut, 3.530 km pada ketinggian tinggi (800 mi pada ketinggian air laut, 2070 mi pada ketinggian tinggi)
Atap servis: 18.500 m (60.700 ft)
Tingkat panjat: 325 m/s (64.000 ft/min)
Wing loading: 371 kg/m² (76 lb/ft²')
Dorongan/berat: 1,085
Persenjataan
1 x meriam GSh-30-1 30 mm, 150 butir peluru
8.000 kg (17.600 lb) pada 10 titik eksternal
6 R-27, 4 R-73
Su-27SM dapat menggunakan R-77 menggantikan R-27
Su-27IB dapat menggunakan peluru kendali anti-radiasi X-31, peluru kendali udara ke darat X-29L/T, serta bom KAB-150 dan UAB-500
Sukhoi Su-35 ASCC codename: Flanker Multi-Role Fighter
DEKRIPSI:
Su-35 sebenarnya diderivasikan dari Su27 dan merupakan varian “ground-baed” dari Su-33. Ketika Au Rusia tetap memakai nama Su-27M, Sukhoi merubah nama pesawat ini menjadi Su-35 dengan harapan dapat menarik perhatian konsumen asing.
Desain Su-35 sangat identik dengan Su-27 tetapi memakai canard seperti Su-33 dan dengan mesin yang lebih bertenaga ditambah sistem fly-by-wire digital baru. Su-35 juga dilengkapi dengan sebuah radar multi-mode baru, detektor inframerah dan senjata yang telah diupgrade.
Pengembangan Su-35 mengalami banyak penundaan karena terpuruknya perekonomian Soviet, dan pihak militer Rusia memilih untuk tidak membeli satupun. Sukhoi selanjutnya memakai 11 pesawat demonstrator untuk menarik konsumen asing dalam rangka mencari dana untuk produksi massal.
Konsumen asing yang sangat tertarik adalah Brazil yang menginginkan ko-produksi pesawat ini untuk menggantikan Mirage III dan Su-35 dianggap lebih unggul dari Mirage 2000, Gripen dan F16. Persetujuan hampir saja terjadi pada November 2004, tetapi Brazil akhirnya menolaknya karena tingginya biaya. Rusia kemudian menawarkan pesawat Su-27 bekas kepada Brazil sebagai alternatif yang lebih murah, tetapi Brazil malah membeli 12 Mirage 2000 (bekas) dari Perancis.
Keputusan Brazil membuat program Su-35 berakhir dan setelahnya Sukhoi hanya mendapatkan sukseskecil dalam memperoleh konsumen lain. Harapan kembali muncul ketika Venezuela menyatakan ketertarikannya pada Su-35, tetapi akhirnya negara itu memilih varian Su-30. Gerakan Venezuela ini didasari kepentingan politik karena AS melarang support atas F-16 milik Venezuela.
Akan tetapi, pada 2007, sukhoi mengumumkan bahwa Su-35 mulai diproduksi masal untuk AU Russia. Versi produksi ini kemudian lebih dikenal dengan Su-35BM dengan mesin yang lebih bertenaga, “2d thrust vectoring nozzle” yang telah dikembangkan dan air intake yang lebih besar. Su-35BM tidak memakai canard seperti purwarupanya, tetapi canard ini dapat dipasang sesuai keinginan konsumen. Upgrade lain termasuk radar yang lebih canggih, kokpit, kompabilitas dengan senjata tambahan dan pemakaian alat elektronik terbaru.
HISTORY:
First Flight: (T-10-24) May 1985; (T-10S-70) 28 June 1988; (Su-35BM) 18 February 2008
Service Ent0ry: (Su-35BM) planned for 2010
CREW: one: pilot
ESTIMATED COST: unknown
DIMENSIONS:
Length: 72.83 ft (22.22 m)
Wingspan: 48.17 ft (14.70 m)
Height: 21.08 ft (6.43 m)
Wing Area: 666 ft² (62.0 m²)
Canard Area: unknown
WEIGHTS:
Empty: 40,565 lb (18,400 kg)
Normal Takeoff: 56,660 lb (25,700 kg)
Max Takeoff: 74,955 lb (34,000 kg)
Fuel Capacity: 29,540 lb (13,400 kg)
Max Payload: 17,640 lb (8,000 kg)
PROPULSION:
Powerplant: (Su-35) two Saturn/ Lyul'ka AL-31F afterburning turbofans; (Su-35BM) two Saturn/ Lyul'ka AL-41FA afterburning turbofans with 2D thrust vector control
Thrust: (Su-35) 61,730 lb (274.6 kN); (Su-35BM) 66,090 lb (294 kN)
PERFORMANCE:
Max Level Speed: at altitude: 1,555 mph (2,500 km/h) at 32,780 ft (10,000 m), Mach 2.3; at sea level: 895 mph (1,435 km/h), Mach 1.18
cruise speed: 870 mph (1,400 km/h) at 32,780 ft (10,000 m)
Initial Climb Rate: 45,235 ft (13,800 m) / min
Service Ceiling: 59,055 ft (18,000 m)
Range typical: 1,730 nm (3,200 km)
ferry: 3,505 nm (6,500 km)
g-Limits: +10
ARMAMENT:
Gun: one 30-mm GSh-301 cannon (149 rds)
Stations: twelve external hardpoints and two wingtip rails
Air-to-Air Missile: R-40/AA-6 Acrid, R-60/AA-8 Aphid, R-27/AA-10 Alamo, R-73/AA-11 Archer, R-77/AA-12
Air-to-Surface Missile: Kh-25ML/AS-10 Karen, Kh-25MP/AS-12 Kegler, Kh-59/AS-13 Kingbolt, Kh-29/AS-14 Kedge, Kh-55/AS-15 Kent, Kh-15P/AS-16 Kickback, Kh-31/AS-17 Krypton
Bomb: FAB-100/250/500/750/1000, KAB-250, KAB-500L, KAB-1500
Other: rocket pods, ECM pods
KNOWN VARIANTS:
T-10-24: Experimental Su-27 prototype with canards
T-10S-70: Prototype
Su-27M 'Flanker-E': Official Russian Air Force designation for the Su-35
Su-35 'Flanker-E': Production model with a new radar, improved fire-control system, glass cockpit featuring multi-function displays, and redesigned fly-by-wire system; 11 prototypes built
Su-35BM: Production model with improved engines and thrust vectoring nozzles, larger air intakes, larger flaperons, a more powerful radar, an improved electronic warfare system, upgraded fly-by-wire control system, and better glass cockpit displays
Su-27SM2: Official designation for the Su-35BM in the Russian Air Force
KNOWN COMBAT RECORD: none
KNOWN OPERATORS: Russia, Voyenno Vozdushniye Sili (Russian Air Force)
Su-35 sebenarnya diderivasikan dari Su27 dan merupakan varian “ground-baed” dari Su-33. Ketika Au Rusia tetap memakai nama Su-27M, Sukhoi merubah nama pesawat ini menjadi Su-35 dengan harapan dapat menarik perhatian konsumen asing.
Desain Su-35 sangat identik dengan Su-27 tetapi memakai canard seperti Su-33 dan dengan mesin yang lebih bertenaga ditambah sistem fly-by-wire digital baru. Su-35 juga dilengkapi dengan sebuah radar multi-mode baru, detektor inframerah dan senjata yang telah diupgrade.
Pengembangan Su-35 mengalami banyak penundaan karena terpuruknya perekonomian Soviet, dan pihak militer Rusia memilih untuk tidak membeli satupun. Sukhoi selanjutnya memakai 11 pesawat demonstrator untuk menarik konsumen asing dalam rangka mencari dana untuk produksi massal.
Konsumen asing yang sangat tertarik adalah Brazil yang menginginkan ko-produksi pesawat ini untuk menggantikan Mirage III dan Su-35 dianggap lebih unggul dari Mirage 2000, Gripen dan F16. Persetujuan hampir saja terjadi pada November 2004, tetapi Brazil akhirnya menolaknya karena tingginya biaya. Rusia kemudian menawarkan pesawat Su-27 bekas kepada Brazil sebagai alternatif yang lebih murah, tetapi Brazil malah membeli 12 Mirage 2000 (bekas) dari Perancis.
Keputusan Brazil membuat program Su-35 berakhir dan setelahnya Sukhoi hanya mendapatkan sukseskecil dalam memperoleh konsumen lain. Harapan kembali muncul ketika Venezuela menyatakan ketertarikannya pada Su-35, tetapi akhirnya negara itu memilih varian Su-30. Gerakan Venezuela ini didasari kepentingan politik karena AS melarang support atas F-16 milik Venezuela.
Akan tetapi, pada 2007, sukhoi mengumumkan bahwa Su-35 mulai diproduksi masal untuk AU Russia. Versi produksi ini kemudian lebih dikenal dengan Su-35BM dengan mesin yang lebih bertenaga, “2d thrust vectoring nozzle” yang telah dikembangkan dan air intake yang lebih besar. Su-35BM tidak memakai canard seperti purwarupanya, tetapi canard ini dapat dipasang sesuai keinginan konsumen. Upgrade lain termasuk radar yang lebih canggih, kokpit, kompabilitas dengan senjata tambahan dan pemakaian alat elektronik terbaru.
HISTORY:
First Flight: (T-10-24) May 1985; (T-10S-70) 28 June 1988; (Su-35BM) 18 February 2008
Service Ent0ry: (Su-35BM) planned for 2010
CREW: one: pilot
ESTIMATED COST: unknown
DIMENSIONS:
Length: 72.83 ft (22.22 m)
Wingspan: 48.17 ft (14.70 m)
Height: 21.08 ft (6.43 m)
Wing Area: 666 ft² (62.0 m²)
Canard Area: unknown
WEIGHTS:
Empty: 40,565 lb (18,400 kg)
Normal Takeoff: 56,660 lb (25,700 kg)
Max Takeoff: 74,955 lb (34,000 kg)
Fuel Capacity: 29,540 lb (13,400 kg)
Max Payload: 17,640 lb (8,000 kg)
PROPULSION:
Powerplant: (Su-35) two Saturn/ Lyul'ka AL-31F afterburning turbofans; (Su-35BM) two Saturn/ Lyul'ka AL-41FA afterburning turbofans with 2D thrust vector control
Thrust: (Su-35) 61,730 lb (274.6 kN); (Su-35BM) 66,090 lb (294 kN)
PERFORMANCE:
Max Level Speed: at altitude: 1,555 mph (2,500 km/h) at 32,780 ft (10,000 m), Mach 2.3; at sea level: 895 mph (1,435 km/h), Mach 1.18
cruise speed: 870 mph (1,400 km/h) at 32,780 ft (10,000 m)
Initial Climb Rate: 45,235 ft (13,800 m) / min
Service Ceiling: 59,055 ft (18,000 m)
Range typical: 1,730 nm (3,200 km)
ferry: 3,505 nm (6,500 km)
g-Limits: +10
ARMAMENT:
Gun: one 30-mm GSh-301 cannon (149 rds)
Stations: twelve external hardpoints and two wingtip rails
Air-to-Air Missile: R-40/AA-6 Acrid, R-60/AA-8 Aphid, R-27/AA-10 Alamo, R-73/AA-11 Archer, R-77/AA-12
Air-to-Surface Missile: Kh-25ML/AS-10 Karen, Kh-25MP/AS-12 Kegler, Kh-59/AS-13 Kingbolt, Kh-29/AS-14 Kedge, Kh-55/AS-15 Kent, Kh-15P/AS-16 Kickback, Kh-31/AS-17 Krypton
Bomb: FAB-100/250/500/750/1000, KAB-250, KAB-500L, KAB-1500
Other: rocket pods, ECM pods
KNOWN VARIANTS:
T-10-24: Experimental Su-27 prototype with canards
T-10S-70: Prototype
Su-27M 'Flanker-E': Official Russian Air Force designation for the Su-35
Su-35 'Flanker-E': Production model with a new radar, improved fire-control system, glass cockpit featuring multi-function displays, and redesigned fly-by-wire system; 11 prototypes built
Su-35BM: Production model with improved engines and thrust vectoring nozzles, larger air intakes, larger flaperons, a more powerful radar, an improved electronic warfare system, upgraded fly-by-wire control system, and better glass cockpit displays
Su-27SM2: Official designation for the Su-35BM in the Russian Air Force
KNOWN COMBAT RECORD: none
KNOWN OPERATORS: Russia, Voyenno Vozdushniye Sili (Russian Air Force)
RAFALE
Program pesawar Rafale terdiri dari tiga versi pesawat tempur mesin-kembar multi-peran, versi satu-tempat duduk Rafale C, versi dua-tempat duduk Rafale B dan versi AL (kapal induk) adalah Rafale M. Tiga versi pesawat tempur ini dilengkapi dengan mesin, sistem tempur dan navigasi, sistem managemen pesawat dan sistem kontrol penerbangan yang sama. Mereka semua dapat melakukan semua tipe misi dari penyerangan daratan sampai superioritas udara.
Pesawat produksi pertama Rafale B1 terbang untuk pertama kalinya pada 4 Desember 1998 dan telah dikirim ke AU Perancis. Pesanan Pemerintah Perancis yang sekarang mencapai 61 pesawat dikirim dari 1998 sampai 2005. Total pesanan untuk Perancis, AU dan AL Perancis adalah 294 pesawat.
Dibuat mengikuti Demonstrator Rafale A secara langsung, ketiga versi Rafale mempertahankan kualitasnya yang dibuktikan dalam penerbangan: 70knot, 9g/-3.6g, sudut penyerangan maksimum 32 derajat, serta jarak take-off dan pendaratan kurang dari 400 meter. Kualitas ini diperoleh dari konsep aerodinamis “delta-canard” yang dikombinasikan dengan sayap delta dan sebuah “foreplane” aktif yang diletakkan secara tepat di hubungan sayap untuk mengoptimalkan efisiensi dan kontrol stabilitas aerodinamis tanpa menghalangi pandangan pilot. Lebih dari itu, bentuk dan material pesawat diseleksi secara berlanjut untuk meminimalisasi deteksi sensor elektromagnetis dan inframerah.
Rafale C adalah pesawat tempur multi-peran dengan sebuah sistem nafigasi dan persenjataan terintegrasi secara penuh, memakai teknologi termutakhir dam mampu melakukan performa luar biasa pada target misi udara-ke-udara dan udara-ke-tanah/permukaan jauh di belakang garis musuh.
Pesawat dua-tempat duduk Rafale B mempertahankan hampir seluruh kemampuan dan fitur Rafale C. Rafale B mampu melakukan misi apapun dengan satu pilot ataupun dua awak yang terdiri dua pilot atau satu pilot dan satu operator sistem senjata.
Rafale M adalah versi kapal induk dengan kemampuan dan fitur yang sama dengan kedua versi lainnya. Perbedaannya hanya pada airframe yang disesuaikan dengan kebutuhan operasi di kapal induk.
Specifications
Country: France
Type: Interceptor
Cre: Single or twin seater
engine: 2 x 16550 lb.
BME: 20950 lb.
Max ramp weight: 49560 lb.
Ceilin: unknown
Take-off landing: < 1300 ft
Cruise range: 1000 nm
In-Flight Refueling: Yes
Internal Fuel: 4250 kg
External stores: 13215 lb. to 17620 lb.
Air version: 14 hard points
Navy version: 13 hard points
Sensors: RDX LD/SD radar, FLIR, LRMTS, RWR, Advanced bombsight
Drop Tanks: 2000 L Drop tank with 1598 kg for 188nm of range
Armament: Cannon: 1 30mm DEFA 554; Mica, R.550 Magic 2, BGL 400
Sukhoi Su-33 ASCC codename: Flanker Carrier-borne Multi-Role Fighter
DESKRIPSI:
Sukhoi Su-33 adalah versi kapal induk dari Su-27 yang semula didesain untuk beroperasi pada kapal induk utama Uni Soviet. Untuk memenuhi kebutuhan operasi di kapal induk, su-33 mempunyai airframe yang lebih kuat, anti korosi, roda penangkap, mesin yang lebih bertenaga dan sayap yang dapat ditekuk untuk kemudahan penyimpanan di atas kapal induk. Su-33 juga merupakan varian Su-27 pertama yang memakai canard untuk meningkatkan manuberabilitas serta mengurangi jarak take-off dan kecepatan saat mendarat.
Su-27K, desain awal dari Su-33, pada awalnya dikembangkan untuk AL Soviet bersama dengan MiG-29K. Diharapkan kedua pesawat ini digunakan untuk operasi kapal induk. Akan tetapi, ehancuran Uni Soviet meninggalkan hanya satu Kapal induk kelas Kuznetsov , sehingga hanya satu pesawat yang diputuskan untuk dikembangkan. Walaupun lebih mahal dan ukurannya lebih besar (sehingga sedikit pesawat yang akan muat dalam kapal induk), AL Soviet memilih Su-27K. Sekitar 24 pesawat yang sekarang dikenal sebagai Su-33 oleh Sukhoi. Sayangnya, karena kekurangan dana menyebabkan Soviet tidak lagi memakai kapal induk dan pesawat ini sekarang beroperasi dari pangkalan dekat pantai.
Pengembangan selanjutnya adalah pesawat latih dua tempat duduk Su-27KUB atau Su-33UB yang memiliki susunan tempat duduk berdampingan seperti Su-34.
HISTORY:
First Flight: (Su-27K) May 1985; (Su-27KUB) 29 April 1999
Service Entry: 1994
CREW: one: pilot
DIMENSIONS:
Length: 71.92 ft (21.94 m)
Wingspan: 48.17 ft (14.70 m)
Height: 19.42 ft (5.92 m)
Wing Area: 666 ft2 (62.0 m2)
Canard Area: unknown
WEIGHTS:
Empty: 35,275 lb (16,000 kg)
Normal Takeoff: 49,605 lb (22,500 kg)
Max Takeoff: 70,545 lb (32,000 kg)
Fuel Capacity: internal: 20,725 lb (9,400 kg); external: unknown
Max Payload: 14,330 lb (6,500 kg)
PROPULSION:
Powerplant: two Saturn/ Lyul'ka AL-31F afterburning turbofans
Thrust: 61,730 lb (274.6 kN)
PERFORMANCE:
Max Level Speed: at altitude: 1,430 mph (2,300 km/h) at 32,780 ft (10,000 m), Mach 2.17; at sea level: 870 mph (1,400 km/h), Mach 1.1
cruise speed: 870 mph (1,400 km/h) at 32,780 ft (10,000 m)
Initial Climb Rate: 45,235 ft (13,800 m) / min
Service Ceiling: 55,720 ft (17,000 m)
Range typical: 1,620 nm (3,000 km)
ferry: unknown
g-Limits: +9
ARMAMENT:
Gun: one 30-mm GSh-301 cannon (149 rds)
Stations: ten external hardpoints and two wingtip rails
Air-to-Air Missile: R-27/AA-10 Alamo, R-73/AA-11 Archer, R-77/AA-12
Air-to-Surface Missile: Kh-25MP/AS-12 Kegler, Kh-31/AS-17 Krypton, Kh-41
Bomb: various
Other: rocket pods, ECM pods
KNOWN VARIANTS:
T-10K: Prototype of the Su-27K
Su-27K 'Flanker-D': Official designation of the Su-33 used by the Russian Navy
Su-33 'Flanker-D': Production model with canards, strenthened structure, folding wings and tailplanes, arrester hook, uprated engine, corrosion protection, an in-flight refueling probe, and other modifications to make the aircraft suitable for carrier operations; approximately 24 built
Su-33UB or Su-27KUB: Side-by-side two-seat combat-capable trainer similar to the Su-32 or Su-34 but retaining the more rounded nose of the Su-33
KNOWN COMBAT RECORD: none
KNOWN OPERATORS: Russia, Aviatsiya Voyenno-Morskoyo Flota (Russian Naval Aviation)
Northrop F-5A Freedom Fighter F-5E Tiger II F-20 Tigershark Light Tactical Fighter
DESKRIPSI:
Northrop mulai proyek pesawat tempur ringan ini pada 1953 yang disebut dengan N-156F Freedom Fighter. Walaupun tidak dibeli oleh Militer AS, pemerintah AS mendukung penjualan 879 pesawat F-5A kepada 21 negara sahabat. 320 pesawat lain dibuat di bawah lisensi di beberapa negara lain. F-5E Tiger II muncul pada awal 1970an dengan mesin yang lebih bertenaga, kapasitas bahan bakar yang lebih besar dan pengembangan aerodinamisnya. Lebih dari 1400 pesawat ini terjual, termasuk beberapa dibeli oleh AL dan AU AS untuk program Tog Gun dan Aggressor untuk simulasi pesawat dan taktik musuh.
Pengembangan selanjutnya dari F-5 adalah F-20 Tigershark, yang similar performansinya dengan F-16. Akan tetapi, F-20 gagal menarik perhatian konsumen pada pasar pesawat tempur yang kompetitif pada akhir 1980an. Sekitar 2.700 pesawat ini dibuat untuk AS dan 30 negara lain dengan waktu produksi berakhir pada 1987. Mungkin varian F-5 yang paling terkenal adalah T-38 Talon yang merupakan pesawat trainer dua-tempat duduk yang digunakan oleh AU AS dan NASA.
HISTORY:
First Flight: (F-5A) 30 July 1959; (RF-5A) May 1968; (F-5E) 11 August 1972; (RF-5E) 29 January 1979; (F-5F) 25 September 1974
Service Entry: (F-5E) April 1973
CREW: 1 pilot
ESTIMATED COST: (T-38) $756,000
AIRFOIL SECTIONS:
Wing Root: NACA 65A004.8
Wing Tip: NACA 64A004.8
DIMENSIONS:
Length: 47.38 ft (14.45 m)
Wingspan: 28.67 ft (8.13 m)
Height: 13.25 ft (4.06 m)
Wing Area: 186 ft2 (17.2 m2)
Canard Area: not applicable
WEIGHTS:
Empty: 9,723 lb (4,410 kg)
Normal Takeoff: unknown
Max Takeoff: 24,722 lb (11,214 kg)
Fuel Capacity: internal: 2,541 L; external: unknown
Max Payload: (F-5) 7,000 lb (3,175 kg); (F-20) 8,000 lb (3,630 kg)
PROPULSION:
Powerplant: two General Electric J85-21A afterburning turbojets
Thrust: 10,000 lb (44.48 kN)
PERFORMANCE:
Max Level Speed: at altitude: 1,085 mph (1,745 km/h) at 36,000 ft (10,975 m), Mach 1.64; at sea level: unknown
Initial Climb Rate: 34,500 ft (10,500 m) / min
Service Ceiling: 51,800 ft (15,790 m)
Range: typical: 240 nm (445 km); ferry: 1,545 nm (2,865 km)
g-Limits: unknown
ARMAMENT:
Gun: two 20-mm M39A2 cannons (280 rds ea)
Stations: five external hardpoints and two wingtip rails
Air-to-Air Missile: AIM-9 Sidewinder
Air-to-Surface Missile: AGM-65 Maverick
Bomb: Mk 82/83/84 GP, BLU-107 Durandal, CBU-52 cluster
Other: ECM pods, rocket pods
KNOWN VARIANTS:
F-5A: Production one-seat Freedom Fighter; 1,200 built
CF-5A: Freedom Fighter license built by Canadair in Canada, also equipped for reconnaissance duties; 89 built
NF-5A: Freedom Fighter license built by Canadair for the Netherlands and Venezuela, also fitted with reconnaissance equipment; 75 built
RF-5A: Reconnaissance model based on the F-5A; 89 built
SRF-5A: Reconnaissance model license built by CASA for Spain; 17 built
F-5B: Two-seat trainer
F-5E: Tiger II, intended to fulfill a need for a lightweight, low-cost fighter to be exported to US allies, included modifications to improve manueverability and STOL performance, increased fuel capacity, and improved fire-control; about 1,400 built
RF-5E: TigerEye reconnaissance model with more advanced cameras and infrared scanners in an enlarged nose, purchased by Malaysia and Saudi Arabia; at least 12 built
F-5F: Two-seat combat-capable trainer with a lengthened fuselage
F-5G or F-20: Tigershark, advanced F-5 with one F404 turbofan engine, increased payload, and much improved avionics; 3 prototypes built but did not enter production
T-38: Two-seat trainer; 1,114 built for USAF
KNOWN COMBAT RECORD:
Vietnam War (South Vietnam, 1965-1975)
Iran-Iraq War (Iran, 1980-1988)
KNOWN OPERATORS:
US Air Force
US Navy
Bahrain
Brazil
Canada
Chile
Ethiopia
Greece
Honduras
Indonesia
Iran
Jordan
Kenya
Libya
Malaysia
Mexico
Morocco
Netherlands
Norway
Philippines
Saudi Arabia
Singapore
South Korea
Spain
Sudan
Switzerland
Taiwan
Thailand
Tunisia
Turkey
Venezuela
Vietnam
Northrop mulai proyek pesawat tempur ringan ini pada 1953 yang disebut dengan N-156F Freedom Fighter. Walaupun tidak dibeli oleh Militer AS, pemerintah AS mendukung penjualan 879 pesawat F-5A kepada 21 negara sahabat. 320 pesawat lain dibuat di bawah lisensi di beberapa negara lain. F-5E Tiger II muncul pada awal 1970an dengan mesin yang lebih bertenaga, kapasitas bahan bakar yang lebih besar dan pengembangan aerodinamisnya. Lebih dari 1400 pesawat ini terjual, termasuk beberapa dibeli oleh AL dan AU AS untuk program Tog Gun dan Aggressor untuk simulasi pesawat dan taktik musuh.
Pengembangan selanjutnya dari F-5 adalah F-20 Tigershark, yang similar performansinya dengan F-16. Akan tetapi, F-20 gagal menarik perhatian konsumen pada pasar pesawat tempur yang kompetitif pada akhir 1980an. Sekitar 2.700 pesawat ini dibuat untuk AS dan 30 negara lain dengan waktu produksi berakhir pada 1987. Mungkin varian F-5 yang paling terkenal adalah T-38 Talon yang merupakan pesawat trainer dua-tempat duduk yang digunakan oleh AU AS dan NASA.
HISTORY:
First Flight: (F-5A) 30 July 1959; (RF-5A) May 1968; (F-5E) 11 August 1972; (RF-5E) 29 January 1979; (F-5F) 25 September 1974
Service Entry: (F-5E) April 1973
CREW: 1 pilot
ESTIMATED COST: (T-38) $756,000
AIRFOIL SECTIONS:
Wing Root: NACA 65A004.8
Wing Tip: NACA 64A004.8
DIMENSIONS:
Length: 47.38 ft (14.45 m)
Wingspan: 28.67 ft (8.13 m)
Height: 13.25 ft (4.06 m)
Wing Area: 186 ft2 (17.2 m2)
Canard Area: not applicable
WEIGHTS:
Empty: 9,723 lb (4,410 kg)
Normal Takeoff: unknown
Max Takeoff: 24,722 lb (11,214 kg)
Fuel Capacity: internal: 2,541 L; external: unknown
Max Payload: (F-5) 7,000 lb (3,175 kg); (F-20) 8,000 lb (3,630 kg)
PROPULSION:
Powerplant: two General Electric J85-21A afterburning turbojets
Thrust: 10,000 lb (44.48 kN)
PERFORMANCE:
Max Level Speed: at altitude: 1,085 mph (1,745 km/h) at 36,000 ft (10,975 m), Mach 1.64; at sea level: unknown
Initial Climb Rate: 34,500 ft (10,500 m) / min
Service Ceiling: 51,800 ft (15,790 m)
Range: typical: 240 nm (445 km); ferry: 1,545 nm (2,865 km)
g-Limits: unknown
ARMAMENT:
Gun: two 20-mm M39A2 cannons (280 rds ea)
Stations: five external hardpoints and two wingtip rails
Air-to-Air Missile: AIM-9 Sidewinder
Air-to-Surface Missile: AGM-65 Maverick
Bomb: Mk 82/83/84 GP, BLU-107 Durandal, CBU-52 cluster
Other: ECM pods, rocket pods
KNOWN VARIANTS:
F-5A: Production one-seat Freedom Fighter; 1,200 built
CF-5A: Freedom Fighter license built by Canadair in Canada, also equipped for reconnaissance duties; 89 built
NF-5A: Freedom Fighter license built by Canadair for the Netherlands and Venezuela, also fitted with reconnaissance equipment; 75 built
RF-5A: Reconnaissance model based on the F-5A; 89 built
SRF-5A: Reconnaissance model license built by CASA for Spain; 17 built
F-5B: Two-seat trainer
F-5E: Tiger II, intended to fulfill a need for a lightweight, low-cost fighter to be exported to US allies, included modifications to improve manueverability and STOL performance, increased fuel capacity, and improved fire-control; about 1,400 built
RF-5E: TigerEye reconnaissance model with more advanced cameras and infrared scanners in an enlarged nose, purchased by Malaysia and Saudi Arabia; at least 12 built
F-5F: Two-seat combat-capable trainer with a lengthened fuselage
F-5G or F-20: Tigershark, advanced F-5 with one F404 turbofan engine, increased payload, and much improved avionics; 3 prototypes built but did not enter production
T-38: Two-seat trainer; 1,114 built for USAF
KNOWN COMBAT RECORD:
Vietnam War (South Vietnam, 1965-1975)
Iran-Iraq War (Iran, 1980-1988)
KNOWN OPERATORS:
US Air Force
US Navy
Bahrain
Brazil
Canada
Chile
Ethiopia
Greece
Honduras
Indonesia
Iran
Jordan
Kenya
Libya
Malaysia
Mexico
Morocco
Netherlands
Norway
Philippines
Saudi Arabia
Singapore
South Korea
Spain
Sudan
Switzerland
Taiwan
Thailand
Tunisia
Turkey
Venezuela
Vietnam
Langganan:
Postingan (Atom)
Pengikut
Arsip Blog
-
▼
2009
(27)
-
▼
Oktober
(27)
- The Northrop Grumman B-2 Spirit
- F- 16 TNI AU
- SU- 27 MK TNI AU
- Sukhoi Su-35 ASCC codename: Flanker Multi-Role Fig...
- RAFALE
- Sukhoi Su-33 ASCC codename: Flanker Carrier-borne ...
- Northrop F-5A Freedom Fighter F-5E Tiger II F-20 T...
- Sukhoi Su-30 ASCC codename: Flanker Multi-Role Fig...
- Aurora Strategic Reconnaissance (Pesawat Pengintai)
- McDonnell Douglas(now Boeing)/ Northrop F/A-18 Hor...
- General Dynamics (now Lockheed Martin) F-16 Fighti...
- LockheedSR-71 Blackbird Strategic Reconnaissance
- Tu 160 SuperSonic
- eurofighter / typhoon II
- Northrop Grumman B-2 Spirit Intercontinental Strat...
- Lockheed Martin F-117 Nighthawk Precision Attack B...
- MiG-31 FOXHOUND (MIKOYAN-GUREVICH)
- P 51 Mustang
- J-11 [Su-27 FLANKER]
- Su-27 FLANKER (SUKHOI)
- Chengdu J-10, F-10 Multi-Role Fighter
- Lockheed Martin F-35 Lightning II Multi-Role Fighter
- Joint Strike Fighter (JSF)
- Lockheed Martin F-22 Raptor Air Superiority Fighter
- S-37 Berkut
- MiG-35 / 1.42 Multirole Front-Line Fighter [MFI]
- MIRAGE F1 (DASSAULT-BREGUET)
-
▼
Oktober
(27)