DAFTAR BEBERAPA PESAWAT-PESAWAT TEMPUR

Minggu, 04 Oktober 2009

The Northrop Grumman B-2 Spirit






B-2 in flight over the Mississippi River (St. Louis, Missouri) with the Gateway Arch and Busch Stadium in the background.Northrop Grumman B-2 adalah pesawat perang berteknologi stealth yang digunakan untuk mengembom. Dijalankan oleh Angkatan Perang Udara Amerika Serikat. Pesawat ini tidak mampu terbang cepat dan mudah dimusnahkan jika dilihat.

Tipe Stealth bomber
Produsen Northrop Corporation
Northrop Grumman
Pertama terbang 17 July 1989
Status Active service
Pemakai United States Air Force
Jumlah dibuat 21[1][2]
Harga satuan $737 million sampai dengan $2.2 billion[3





General characteristics
Crew: 2
Length: 69 ft (21 m)
Wingspan: 172 ft (52.4 m)
Height: 17 ft (5.2 m)
Wing area: 5,000 ft² (460 m²)
Empty weight: 158,000 lb (71.7 t)
Loaded weight: 336,500 lb (152.6 t)
Max takeoff weight: 376,000 lb (171.0 t)
Powerplant: 4× General Electric F118-GE-100 turbofans, 17,300 lbf (77 kN) each





Performance
Maximum speed: 410 knots (760 km/h, 470 mph)
Range: 5,600 nm (10,400 km, 6,400 mi)
Service ceiling 50,000 ft (15,000 m)
Wing loading: 67.3 lb/ft² (329 kg/m²)
Thrust/weight: 0.205

Armament
2 internal bays for 50,000 lb (22,700 kg) of ordnance.[40]
80× 500 lb class bombs (Mk-82) mounted on Bomb Rack Assembly (BRA)
36× 750 lb CBU class bombs on BRA
16× 2000 lb class weapons (Mk-84, JDAM-84, JDAM-102) mounted on Rotary Launcher Assembly (RLA)
16× B61 or B83 nuclear weapons on RLA .



j3fr1 is offline

F- 16 TNI AU




F-16 Fighting Falcon adalah jet tempur multi-peran yang dikembangkan oleh General Dynamics, di Amerika Serikat. Pesawat ini awalnya dirancang sebagai pesawat tempur ringan, dan akhirnya berevolusi menjadi pesawat tempur multi-peran yang sangat populer. Kemampuan F-16 untuk bisa dipakai untuk segala macam misi inilah yang membuatnya sangat sukses di pasar ekspor, dan dipakai oleh 24 negara selain Amerika Serikat.[1] Pesawat ini sangat popular di mata international dan telah digunakan oleh 25 angkatan udara. F-16 merupakan proyek pesawat tempur Barat yang paling besar dan signifikan, dengan sekitar 4000 F-16 sudah di produksi sejak 1976. Pesawat ini sudah tidak diproduksi untuk Angkatan Udara Amerika Serikat, tapi masih diproduksi untuk ekspor.

F-16 dikenal memiliki kemampuan tempur di udara yang sangat baik, dengan inovasi seperti tutup kokpit tanpa bingkai yang memperjelas penglihatan, gagang pengendali samping untuk memudahkan kontrol pada kecepatan tinggi, dan kursi kokpit yang dirancang untuk mengurangi efek g-force pada pilot. Pesawat ini juga merupakan pesawat tempur pertama yang dibuat untu menahan belokan pada percepatan 9g.

Pada tahun 1993, General Dynamics menjual bisnis produksi pesawat mereka kepada Lockheed Corporation, yang kemudian menjadi bagian dari Lockheed Martin setelah merger dengan Martin Marietta pada tahun 1995



Sejarah
Pada tahun 1960-an, Angkatan Udara dan Angkatan Laut Amerika Serikat menyimpulkan bahwa masa depan pertempuran udara akan ditentukan oleh peluru kendali yang semakin modern. Dan bahwa pesawat tempur masa depan akan digunakan untuk mengejaran jarak jauh, berkecepatan tinggi, dan menggunakan sistem radar yang sangat kuat untuk mendeteksi musuh dari kejauhan. Ini membuat desain pesawat tempur masa ini lebih seperti interseptor daripada pesawat tempur klasik. Pada saat itu, Amerika Serikat menganggap pesawat F-111 (yang pada saat itu masih dalam tahap pengembangan) dan F-4 Phantom akan cukup untuk kebutuhan pesawat tempur jarak jauh dan menengah, dan didukung oleh pesawat jarak dekat bermesin tunggal seperti F-100 Super Sabre, F-104 Starfighter, dan F-8 Crusader.

Pada Perang Vietnam, Amerika Serikat menyadari bahwa masih banyak kelemahan pada pesawat-pesawat mereka. Peluru kendali udara ke udara pada masa itu masih memiliki banyak masalah, dan pemakaiannya juga dibatasi oleh aturan-aturan tertentu. Selain itu, pertempuran di udara lebih banyak berbentuk pertempuran jarak dekat dimana kelincahan di udara dan senjata jarak dekat sangat diperlukan.



Kolonel John Boyd mengembangkan teori tentang perawatan energi pada pertempuran pesawat tempur, yang bergantung pada sayap yang besar untuk bisa melakukan manuver udara yang baik. Sayap yang lebih besar akan menghasilkan gesekan yang lebih besar saat terbang, dan biasanya menghasilkan jarak jangkau yang lebih sedikit dan kecepatan maksimum yang lebih kecil. Boyd menganggap pengorbanan jarak dan kecepatan perlu untuk menghasilkan pesawat yang bisa bermanuver dengan baik. Pada saat yang sama, pengembangan F-111 menemui banyak masalah, yang mengakibatkan pembatalannya, dan munculnya desain baru, yaitu F-14 Tomcat. Dorongan Boyd tentang pentingnya pesawat yang lincah, gagalnya program F-111, dan munculnya informasi tentang MiG-25 yang saat itu kemampuan dibesar-besarkan membuat Angkatan Udara Amerika Serikat memulai perancangan pesawat mereka sendiri, yang akhirnya menghasilkan F-15 Eagle.

Pada saat pengembangannya, F-15 berevolusi menjadi besar dan berat seperti F-111. Ini membuat Boyd frustrasi dan ia pun meyakinkan beberapa petinggi Angkatan Udara lain bahwa F-15 membutuhkan dukungan dari pesawat tempur yang lebih ringan. Grup petinggi Angkatan Udara ini menyebut diri mereka "fighter mafia", dan mereka bersikeras akan dibutuhkannya program Pesawat Tempur Ringan (Light Weight Fighter, LWF).

Pada Mei 1971, Kongres Amerika Serikat mengeluarkan laporan yang mengkritik tajam program F-14 dan F-15. Kongres mengiyakan pendanaan untuk program LWF sebesar US$50 juta, dengan tambahan $12 juta pada tahun berikutnya. Beberapa perusahaan memberikan proposal, tetapi hanya General Dynamics dan Northrop yang sebelumnya sudah memulai perancangan dipilih untuk memproduksi prototip. Pesawat mereka mulai diuji pada tahun 1974. Program LWF awalnya merupakan program evaluasi tanpa direncanakan pembelian versi produksinya, tetapi akhirnya program ini dirubah namanya menjadi Air Combat Fighter, dan Angkatan Udara AS mengumumkan rencana untuk membeli 650 produk ACF. Pada tanggal 13 Januari 1975 diumumkan bahwa YF-16 General Dynamics mengalahkan saingannya, YF-17.

Varian
Varian F-16 ditandai oleh nomer blok yang menandakan pembaruan yang signifikan. Blok ini mencakup versi kursi tunggal dan kursi ganda.

F-16 A/B
F-16 A/B awalnya dilengkapi Westinghouse AN/APG-66 Pulse-doppler radar, Pratt & Whitney F100-PW-200 turbofan, dengan 14.670 lbf (64.9 kN), 23.830 lbf (106,0 kN) dengan afterburner. Angkatan Udara AS membeli 674 F-16A dan 121 F-16B, pengiriman selesai pada Maret 1985.

Blok 1
Blok awal (Blok 1/5/10) memiliki relatif sedikit perbedaan. Sebagian besar diperbarui menjadi Blok 10 pada awal 1980-an. Ada 94 Blok 1, 197 Blok 5, dan 312 Blok 10 yang diproduksi. Blok 1 model awal produksi dengan hidung dicat hitam.

Blok 5
Diketahui kemudian bahwa hidung hitam menjadi identifikasi visual jarak jauh untuk pesawat Blok 1, sehingga warnanya diubah menjadi abu-abu untuk Blok 5 ini. Pada F-16 Blok 1, ditemukan bahwa air hujan dapat berkumpul pada beberapa titik di badan pesawat, sehingga untuk Blok 5 dibuat lubang saluran air.

Blok 10
Pada akhir 1970-an, Uni Soviet secara signifikan mengurangi ekspor titanium, sehingga produsen F-16 mulai menggunakan alumunium. Metode baru pun dilakukan: aluminum disekrup ke permukaan pesawat Blok 10, menggantikan cara pengeleman pada pesawat sebelumnya.

Blok 15
Perubahan besar pertama F-16, pesawat Blok 15 ditambahkan stabiliser horizontal yang lebih besar, ditambah dua hardpoint di bagian dagu, radar AN/APG-66 yang lebih baru, dan menambah kapasitas hardpoint bawah sayap. F-16 diberikan radio UHF Have Quick II. Blok 15 adalah varian F-16 yang paling banyak diproduksi, yaitu 983 buah. Produksi terakhir dikirim pada tahun 1996 ke Thailand. Indonesia memiliki varian ini sebanyak 12 unit.

Blok 15 OCU
Mulai tahun 1987 pesawat Blok dikirim ke dengan memenuhi standar Operational Capability Upgrade (OCU), yang mencakup mesin F100-PW-220 turbofans dengan kontrol digital, kemamampuan menembakkan AGM-65, AMRAAM, dan AGM-119 Penguin, serta pembaruan pada kokpit, komputer, dan jalur data. Berat maksimum lepas landasnya bertambah menjadi 17.000 kg. 214 pesawat menerima pembaruan ini, ditambah dengan beberapa pesawat Blok 10.

Blok 20
150 Blok 15 OCU untuk Taiwan dengan tambahan kemampuan yang serupa dengan F-16 C/D Blok 50/52: menembakkan AGM-45 Shrike, AGM-84 Harpoon, AGM-88 HARM, dan bisa membawa LANTIRN. Komputer pada Blok 20 diperbarui secara signifikan, dengan kecepatan proses 740 kali lipat, dan memori 180 kali lipat dari Blok 15 OCU.

Spesifikasi (F-16C Blok 30)
Karakteristik umum
Kru: 1
Panjang: 49 ft 5 in (14.8 m)
Lebar sayap: 32 ft 8 in (9.8 m)
Tinggi: 16 ft (4.8 m)
Area sayap: 300 ft² (27.87 m²)
Airfoil: NACA 64A204 root and tip
Berat kosong: 18,238 lb (8,272 kg)
Berat terisi: 26,463 lb (12,003 kg)
Berat maksimum lepas landas: 42,300 lb (16,875 kg)
Mesin: 1× Pratt & Whitney F100-PW-220 afterburning turbofan
Dorongan kering: 14,590 lbf (64.9 kN)
Dorongan dengan afterburner: 23,770 lbf (105.7 kN)
Alternate powerplant: 1× General Electric F110-GE-100 afterburning turbofan
Dry thrust: 17,155 lbf (76.3 kN)
Thrust with afterburner: 28,985 lbf (128.9 kN)

Performa
Kecepatan maksimum: >Mach 2 (1,320 mph, 2,124 km/h) at altitude
Radius tempur: 340 mi (295 nm, 550 km) on a hi-lo-hi mission with six 1,000 lb (450 kg) bombs
Jarak jangkau ferri: >3,200 mi (2,800 nm, 4,800 km)
Atap servis: >55,000 ft (15,000 m)
Tingkat panjat: 50,000 ft/min (260 m/s)
Wing loading: 88.2 lb/ft² (431 kg/m²)
Dorongan/berat: F100 0.898; F110 1.095

Persenjataan
Senjata api: 1× 20 mm (0.787 in) M61 Vulcan gatling gun, 511 rounds
Roket: 2¾ in (70 mm) CRV7
Rudal:

Air-to-air missiles:
6× AIM-9 Sidewinder or
6× AIM-120 AMRAAM or
6× Python-4
Air-to-ground missiles:
6× AGM-65 Maverick or
4× AGM-88 HARM
Anti-ship missiles: 4× AGM-119 Penguin

Bom:
2× CBU-87 cluster
2× CBU-89 gator mine
2× CBU-97
4× GBU-10 Paveway
6× GBU-12 Paveway II
6× Paveway-series laser-guided bombs
4× JDAM
4× Mk 80 series
B61 nuclear bomb

SU- 27 MK TNI AU



Sukhoi Su-27 (kode NATO: Flanker) adalah pesawat tempur yang awalnya diproduksi oleh Uni Soviet, dan dirancang oleh Biro Disain Sukhoi. Pesawat ini direncanakan untuk menjadi saingan utama generasi baru pesawat tempur Amerika Serikat (yaitu F-14 Tomcat, F-15 Eagle, F-16 Fighting Falcon, dan F/A-18 Hornet). Su-27 memiliki jarak jangkau yang jauh, persenjataan yang berat, dan kelincahan yang tinggi. Pesawat ini sering disebut sebagai hasil persaingan antara Sukhoi dengan Mikoyan-Gurevich, karena Su-27 dan MiG-29 berbentuk mirip. Ini adalah keliru, karena Su-27 dirancang sebagai pesawat interseptor dan pesawat tempur superioritas udara jarak jauh, sedangkan MiG-29 dirancang untuk mengisi peran pesawat tempur pendukung jarak dekat.


Sejarah
Pada tahun 1969, Uni Soviet mendapatkan informasi bahwa Angkatan Udara Amerika Serikat telah memilih McDonnell Douglas untuk memproduksi rancangan pesawat tempur eksperimental (yang akan berevolusi menjadi F-15). Untuk menghadapi ancaman masa depan ini, Uni Soviet memulai program PFI (Perspektivnyi Frontovoy Istrebitel, "pesawat tempur taktis mutakhir") yang direncanakan menghasilkan pesawat yang bisa menyaingi hasil rancangan Amerika Serikat.


Namun, spesifikasi yang dibutuhkan untuk memenuhi syarat-syarat program ini pada satu pesawat saja ternyata terlalu rumit dan mahal. Maka program ini dibagi menjadi dua, yaitu TPFI (Tyazholyi Perspektivnyi Frontovoi Istrebitel, "pesawat tempur taktis mutakhir berat") and the LPFI (Legkiy Perspektivnyi Frontovoi Istrebitel, "pesawat tempur taktis mutakhir ringan"). Langkah ini juga mirip apa yang dilakukan Amerika Serikat, dimana Amerika Serikat memulai program "Lightweight Fighter" yang nantinya akan menghasilkan F-16. Sukhoi OKB diberikan program TPFI.


Rancangan Sukhoi pertama kali muncul sebagai pesawat sayap delta T-10, yang pertama terbang pada tanggal 20 Mei 1977. T-10 terlihat oleh pengamat Barat, dan diberikan kode NATO Flanker-A. Perkembangan T-10 menemui banyak masalah, yang berakibat pada kehancuran ketika salah satu pesawat ini jatuh pada tanggal 7 Mei 1978. Kejadian ini kemudian ditindaklanjuti dengan banyak modifikasi perancangan, yang menghasilkan T-10S, yang terbang pertama kali pada 20 April 1981. Pesawat ini juga menemui kesulitan, dan jatuh pada tanggal 23 Desember 1981.

Versi produksi pesawat ini (Su-27 atau Su-27S, dengan kode NATO Flanker-B) mulai dipakai Angkatan Udara Soviet pada tahun 1984, tetapi baru dipakai menyeluruh tahun 1986, karena sempat terhambat oleh masalah produksi. Pesawat ini dipakai oleh Pertahanan Anti Udara Soviet (Voyska PVO) dan Angkatan Udara Soviet (VVS). Pemakaiannya di V-PVO adalah sebagai interseptor, menggantikan Sukhoi Su-15 and Tupolev Tu-28. Dan pemakaiannya di VVS lebih difokuskan kepada interdiksi udara, dengan tugas menyerang pesawat bahan bakar dan AWACS, yang dianggap sebagai aset penting angkatan udara NATO.

Desain
Kokpit Su-27.Desain aerodinamisasi dasar dari Su-27 mirip dengan MiG-29 hanya lebih besar. Pesawat ini sangat besar sehingga untuk meringankan beratnya material titanium banyak digunakan (sekitar 30%). tidak ada material komposit yang digunakan. Sayap yang sayung kebelakang menyatu dengan badan pesawat pada perpanjangan leading edge dan pada dasarnya sayap berbentuk delta, hanya bagian ujung luar saja yang dipotong untuk tempat rel rudal diujung sayap. Su-27 bukanlah sebuah pesawat delta murni karena masih mempertahankan bentuk ekor konvensional, dengan menggunakan 2 sirip ekor vertikal di sisi luar kedua mesinnya, dan dibantu dengan 2 ekor tengah melipat kebawah untuk membantu stabilitas lateral.

Mesin turbofan Lyulka AL-31F disediakan tempat yang sangat lebar, tempat yang lebar ini disediakan untuk alasan keamanan dan untuk menjamin aliran udara yang tidak terputus pada bukaan udara masuk. Ruangan yang tercipta diantara dua buah mesin juga menyediakan daya angkat tambahan sehingga mengurangi beban sayap. Saluran penuntun yang bisa digerakan pada bukaan udara masuk memungkinkan pesawat mencapai kecepatan Mach 2+ , dan membantu menjaga aliran udara mesin pada saat sudut alpha tinggi.Sebuah layar penyaring ditempatkan pada bukaan udara masuk untuk melindungi mesin dari kotoran saat lepas landas.

Su-27 adalah pesawat operasional pertama Uni Soviet yang menggunakan sistem kontrol penerbangan fly by wire , dikembangkan berdasarkan pengalaman Sukhoi OKB pada proyek Pengebom Sukhoi T-4. Sistem ini dikombinasi dengan beban saya yang relatif rendah dan kontrol penerbangan dasar yang kuat , maka menghasilkan pesawat yang luar biasa lincah, tetap mudah dikontrol walaupun pada kecepatan sanagat rendah dan susut serang tinggi. Pada pameran dirgantara , pesawat ini mampu mendemonstrasikan kemampuan manuvernya dengan aksi "patukan kobra" (kobra Pugachev) atau pengereman dinamis - mempertahankan level penerbangan pada sudut serang 120°. Pengarah semburan jet juga sudah di uji coba dan sudah diterapkan pada model-model akhir yaitu Su-30MKI dan Su-37, memungkinkan pesawat untuk berbalik tajam dengan radius putar hampir nol, menggunakan teknik somersault vertikal ke gerakan pelurusan kembali dan mengambang terbatas dengan hidung pesawat menghadap keatas.

Versi laut dari Flanker (lebih dikenal dengan nama Su-33), menggunakan kanard untuk daya angkat tambahan, mengurangi jarak lepas landas (sangat penting untuk kapal yang beroperasi dari kapal induk tanpa sistem ketapel , Admiral Kuznetsov ). Kanard ini juga digunakan pada beberapa Su-30, Su-35, dan Su-37.

Kanopi Su-27UB.Sebagai tambahan pada kelincahannya , Su-27 menggunakan volume internalnya yang besar untuk menyimpan bahan bakar dalam jumlah besar pula. Pada konfigurasi berlebih untuk jarak tempuh maksimum, pesawat ini mampu membawa 9.400 kg bahan bakar internal, bagaimanapun juga dengan beban seperti itu kemampuan manuvernya menjadi terbatas, dan beban normal adalah 5.270 kg.

Su-27 dipersenjatai dengan sebuah kanon Gryazev-Shipunov GSh-30-1 kaliber 30 mm di pangkal sayapnya, dan mempunyai 10 cantelan senjata untuk tempat rudal dan senjata lainya. Standar persenjataan rudal untuk pertempuran udara ke udara adalah campuran dari rudal Vympel R-73 (AA-11 Archer) dan rudal Vympel R-27 (AA-10 'Alamo') , Senjata terakhir mempunyai versi jarak tempuh yang diperjauh dan model kendali infra merah. Varian Flanker yang lebih canggih seperti Su-30, Su-35, dan Su-37 juga bisa membawa rudal Vympel R-77 (AA-12 Adder).

Su-27 mempunyai sebuah display kepala tegak berkontras tinggi yang bisa disetel dan incaran yang dipasang di helm , dimana , bila dipasangkan dengan rudal R-73 dan kelincahan pesawat yang sangat tinggi membuat pesawat ini menjadi salah satu pesawat terbaik untuk pertempuran udara jarak dekat.

Radar Su-27 terbukti menjadi masalah besar dalam pengembangan Su-27. Permintaan awal dari Uni soviet adalah sangat ambisius , mengharapkan kemapuan untuk menyergap multi target dan jarak pantau 200km terhadap pesawat seukuran pengebom (RCS 16 meter persegi untuk sebuah Tu-16). Hal ini akan melampaui kemampuan deteksi radar APG-63 dari F-15 (sekitar 180km untuk target ber-RCS 100 meter persegi) dan kemampuan radar Su-27 ini kira-kira setara dengan Zaslon phased array radar seberat 1 ton yang digunakan di pesawat MiG-31.

Sejarah tempur

Su-27 di udara.Walaupun Su-27 dianggap memiliki kelincahan yang mengagumkan, pesawat ini belum banyak dipakai pada petempuran yang sebenarnya. Pemakaian pesawat ini yang patut disebut adalah pada Perang Ethiopia-Eritrea, dimana pesawat-pesawat Sukhoi Su-27A Ethiopia dipakai untuk melindungi pesawat pengebom Mig-21 dan Mig-23. Pada perang itu, pesawat-pesawat Su-27 tersebut berhasil menghancurkan empat Mig-29 Eritrea.

Salah satu pilot yang berhasil menembak jatuh lawan adalah Aster Tolossa, yang menjadi wanita Afrika pertama yang memenangi sebuah pertempuran udara.

Pengguna Su-27/30 berwarna biru dan calon pengguna berwarna hitam.Sekitar 680 Su-27 diproduksi oleh Uni Soviet, dan 400 dipakai oleh Rusia. Negara mantan Soviet yang memiliki pesawat ini adalah Ukraina dengan 60 pesawat, Belarusia dengan sekitar 25 pesawat, Kazakstan dengan sekitar 30 dan sudah memesan 12 pesawat lagi, dan Uzbekistan dengan 25 buah.

Tiongkok menerima 26 pesawat pada tahun 1991, dan 22 lagi pada 1995. Kemudian pada tahun 1998 mereka menandatangani kontrak untuk lisensi produksi 200 pesawat ini dengan nama Shenyang J-11. Vietnam memiliki 12 Su-27SK dan telah memesan 24 lagi. Ethiopia memiliki 8 Su-27A dan 2 Su-27U. Indonesia mempunyai 2 Su-27SK and 2 Su-30MKI serta telah memesan 6 lagi. Dan Angola telah menerima sekitar 8 Su-27/27UB. Meksiko berencana untuk membeli 8 Su-27s dan 2 pesawat latihan Su-27UB.[1]

Amerika Serikat juga disinyalir memiliki satu Su-27 Flanker B dan satu Su-27 UB. Tiga pesawat ini masuk sebagai registrasi sipil, dan salah satunya tiba di Amerika Serikat menggunakan pesawat Antonov-62.

Indonesia (TNI-AU) mulai menggunakan keluarga Sukhoi-27 pada tahun 2003 setelah batalnya kontrak pembelian 12 unit Su-30MKI pada 1996. Kontrak tahun 2003 mencakup pembelian 2 unit Sukhoi-27SK dan 2 unit Sukhoi-30MK senilai 192 juta dolar AS tanpa paket senjata. Empat tahun kemudian pada acara MAKS 2007 di Moskow Departemen Pertahanan mengumumkan kontrak unruk pembelian 3 unit Sukhoi-27SKM dan 3 unit Sukhoi-30MK2 senilai 350 juta dolar AS.[2]

Spesifikasi (Sukhoi Su-27)
Karakteristik umum
Kru: Satu
Panjang: 21,9 m (72 ft)
Lebar sayap: 14,7 m (48 ft 3 in)
Leading edge sweep: 42°)
Tinggi: 5,93 m (19 ft 6 in)
Area sayap: 62 m² (667 ft²)
Berat kosong: 16.380 kg (36.100 lb)
Berat terisi: 23.000 kg (50.690 lb)
Berat maksimum lepas landas: 33.000 kg (62.400 lb)
Mesin: 2× Lyulka AL-31F turbofan, 122,8 kN (27.600 lbf) each

Performa
Kecepatan maksimum: 2.500 km/jam (1.550 mph Mach 2.35)
Jarak jangkau: 1.340 km pada ketinggian air laut, 3.530 km pada ketinggian tinggi (800 mi pada ketinggian air laut, 2070 mi pada ketinggian tinggi)
Atap servis: 18.500 m (60.700 ft)
Tingkat panjat: 325 m/s (64.000 ft/min)
Wing loading: 371 kg/m² (76 lb/ft²')
Dorongan/berat: 1,085

Persenjataan
1 x meriam GSh-30-1 30 mm, 150 butir peluru
8.000 kg (17.600 lb) pada 10 titik eksternal
6 R-27, 4 R-73
Su-27SM dapat menggunakan R-77 menggantikan R-27
Su-27IB dapat menggunakan peluru kendali anti-radiasi X-31, peluru kendali udara ke darat X-29L/T, serta bom KAB-150 dan UAB-500

Sukhoi Su-35 ASCC codename: Flanker Multi-Role Fighter

DEKRIPSI:
Su-35 sebenarnya diderivasikan dari Su27 dan merupakan varian “ground-baed” dari Su-33. Ketika Au Rusia tetap memakai nama Su-27M, Sukhoi merubah nama pesawat ini menjadi Su-35 dengan harapan dapat menarik perhatian konsumen asing.
Desain Su-35 sangat identik dengan Su-27 tetapi memakai canard seperti Su-33 dan dengan mesin yang lebih bertenaga ditambah sistem fly-by-wire digital baru. Su-35 juga dilengkapi dengan sebuah radar multi-mode baru, detektor inframerah dan senjata yang telah diupgrade.
Pengembangan Su-35 mengalami banyak penundaan karena terpuruknya perekonomian Soviet, dan pihak militer Rusia memilih untuk tidak membeli satupun. Sukhoi selanjutnya memakai 11 pesawat demonstrator untuk menarik konsumen asing dalam rangka mencari dana untuk produksi massal.
Konsumen asing yang sangat tertarik adalah Brazil yang menginginkan ko-produksi pesawat ini untuk menggantikan Mirage III dan Su-35 dianggap lebih unggul dari Mirage 2000, Gripen dan F16. Persetujuan hampir saja terjadi pada November 2004, tetapi Brazil akhirnya menolaknya karena tingginya biaya. Rusia kemudian menawarkan pesawat Su-27 bekas kepada Brazil sebagai alternatif yang lebih murah, tetapi Brazil malah membeli 12 Mirage 2000 (bekas) dari Perancis.
Keputusan Brazil membuat program Su-35 berakhir dan setelahnya Sukhoi hanya mendapatkan sukseskecil dalam memperoleh konsumen lain. Harapan kembali muncul ketika Venezuela menyatakan ketertarikannya pada Su-35, tetapi akhirnya negara itu memilih varian Su-30. Gerakan Venezuela ini didasari kepentingan politik karena AS melarang support atas F-16 milik Venezuela.
Akan tetapi, pada 2007, sukhoi mengumumkan bahwa Su-35 mulai diproduksi masal untuk AU Russia. Versi produksi ini kemudian lebih dikenal dengan Su-35BM dengan mesin yang lebih bertenaga, “2d thrust vectoring nozzle” yang telah dikembangkan dan air intake yang lebih besar. Su-35BM tidak memakai canard seperti purwarupanya, tetapi canard ini dapat dipasang sesuai keinginan konsumen. Upgrade lain termasuk radar yang lebih canggih, kokpit, kompabilitas dengan senjata tambahan dan pemakaian alat elektronik terbaru.
HISTORY:
First Flight: (T-10-24) May 1985; (T-10S-70) 28 June 1988; (Su-35BM) 18 February 2008
Service Ent0ry: (Su-35BM) planned for 2010

CREW: one: pilot

ESTIMATED COST: unknown

DIMENSIONS:
Length: 72.83 ft (22.22 m)
Wingspan: 48.17 ft (14.70 m)
Height: 21.08 ft (6.43 m)
Wing Area: 666 ft² (62.0 m²)
Canard Area: unknown

WEIGHTS:
Empty: 40,565 lb (18,400 kg)
Normal Takeoff: 56,660 lb (25,700 kg)
Max Takeoff: 74,955 lb (34,000 kg)
Fuel Capacity: 29,540 lb (13,400 kg)
Max Payload: 17,640 lb (8,000 kg)

PROPULSION:
Powerplant: (Su-35) two Saturn/ Lyul'ka AL-31F afterburning turbofans; (Su-35BM) two Saturn/ Lyul'ka AL-41FA afterburning turbofans with 2D thrust vector control
Thrust: (Su-35) 61,730 lb (274.6 kN); (Su-35BM) 66,090 lb (294 kN)

PERFORMANCE:
Max Level Speed: at altitude: 1,555 mph (2,500 km/h) at 32,780 ft (10,000 m), Mach 2.3; at sea level: 895 mph (1,435 km/h), Mach 1.18
cruise speed: 870 mph (1,400 km/h) at 32,780 ft (10,000 m)
Initial Climb Rate: 45,235 ft (13,800 m) / min
Service Ceiling: 59,055 ft (18,000 m)
Range typical: 1,730 nm (3,200 km)
ferry: 3,505 nm (6,500 km)
g-Limits: +10

ARMAMENT:
Gun: one 30-mm GSh-301 cannon (149 rds)
Stations: twelve external hardpoints and two wingtip rails
Air-to-Air Missile: R-40/AA-6 Acrid, R-60/AA-8 Aphid, R-27/AA-10 Alamo, R-73/AA-11 Archer, R-77/AA-12
Air-to-Surface Missile: Kh-25ML/AS-10 Karen, Kh-25MP/AS-12 Kegler, Kh-59/AS-13 Kingbolt, Kh-29/AS-14 Kedge, Kh-55/AS-15 Kent, Kh-15P/AS-16 Kickback, Kh-31/AS-17 Krypton
Bomb: FAB-100/250/500/750/1000, KAB-250, KAB-500L, KAB-1500
Other: rocket pods, ECM pods

KNOWN VARIANTS:
T-10-24: Experimental Su-27 prototype with canards
T-10S-70: Prototype
Su-27M 'Flanker-E': Official Russian Air Force designation for the Su-35
Su-35 'Flanker-E': Production model with a new radar, improved fire-control system, glass cockpit featuring multi-function displays, and redesigned fly-by-wire system; 11 prototypes built
Su-35BM: Production model with improved engines and thrust vectoring nozzles, larger air intakes, larger flaperons, a more powerful radar, an improved electronic warfare system, upgraded fly-by-wire control system, and better glass cockpit displays
Su-27SM2: Official designation for the Su-35BM in the Russian Air Force

KNOWN COMBAT RECORD: none

KNOWN OPERATORS: Russia, Voyenno Vozdushniye Sili (Russian Air Force)

RAFALE


Program pesawar Rafale terdiri dari tiga versi pesawat tempur mesin-kembar multi-peran, versi satu-tempat duduk Rafale C, versi dua-tempat duduk Rafale B dan versi AL (kapal induk) adalah Rafale M. Tiga versi pesawat tempur ini dilengkapi dengan mesin, sistem tempur dan navigasi, sistem managemen pesawat dan sistem kontrol penerbangan yang sama. Mereka semua dapat melakukan semua tipe misi dari penyerangan daratan sampai superioritas udara.
Pesawat produksi pertama Rafale B1 terbang untuk pertama kalinya pada 4 Desember 1998 dan telah dikirim ke AU Perancis. Pesanan Pemerintah Perancis yang sekarang mencapai 61 pesawat dikirim dari 1998 sampai 2005. Total pesanan untuk Perancis, AU dan AL Perancis adalah 294 pesawat.
Dibuat mengikuti Demonstrator Rafale A secara langsung, ketiga versi Rafale mempertahankan kualitasnya yang dibuktikan dalam penerbangan: 70knot, 9g/-3.6g, sudut penyerangan maksimum 32 derajat, serta jarak take-off dan pendaratan kurang dari 400 meter. Kualitas ini diperoleh dari konsep aerodinamis “delta-canard” yang dikombinasikan dengan sayap delta dan sebuah “foreplane” aktif yang diletakkan secara tepat di hubungan sayap untuk mengoptimalkan efisiensi dan kontrol stabilitas aerodinamis tanpa menghalangi pandangan pilot. Lebih dari itu, bentuk dan material pesawat diseleksi secara berlanjut untuk meminimalisasi deteksi sensor elektromagnetis dan inframerah.
Rafale C adalah pesawat tempur multi-peran dengan sebuah sistem nafigasi dan persenjataan terintegrasi secara penuh, memakai teknologi termutakhir dam mampu melakukan performa luar biasa pada target misi udara-ke-udara dan udara-ke-tanah/permukaan jauh di belakang garis musuh.
Pesawat dua-tempat duduk Rafale B mempertahankan hampir seluruh kemampuan dan fitur Rafale C. Rafale B mampu melakukan misi apapun dengan satu pilot ataupun dua awak yang terdiri dua pilot atau satu pilot dan satu operator sistem senjata.
Rafale M adalah versi kapal induk dengan kemampuan dan fitur yang sama dengan kedua versi lainnya. Perbedaannya hanya pada airframe yang disesuaikan dengan kebutuhan operasi di kapal induk.



Specifications
Country: France
Type: Interceptor
Cre: Single or twin seater
engine: 2 x 16550 lb.
BME: 20950 lb.
Max ramp weight: 49560 lb.
Ceilin: unknown
Take-off landing: < 1300 ft
Cruise range: 1000 nm
In-Flight Refueling: Yes
Internal Fuel: 4250 kg
External stores: 13215 lb. to 17620 lb.
Air version: 14 hard points
Navy version: 13 hard points
Sensors: RDX LD/SD radar, FLIR, LRMTS, RWR, Advanced bombsight
Drop Tanks: 2000 L Drop tank with 1598 kg for 188nm of range
Armament: Cannon: 1 30mm DEFA 554; Mica, R.550 Magic 2, BGL 400

Sukhoi Su-33 ASCC codename: Flanker Carrier-borne Multi-Role Fighter


DESKRIPSI:
Sukhoi Su-33 adalah versi kapal induk dari Su-27 yang semula didesain untuk beroperasi pada kapal induk utama Uni Soviet. Untuk memenuhi kebutuhan operasi di kapal induk, su-33 mempunyai airframe yang lebih kuat, anti korosi, roda penangkap, mesin yang lebih bertenaga dan sayap yang dapat ditekuk untuk kemudahan penyimpanan di atas kapal induk. Su-33 juga merupakan varian Su-27 pertama yang memakai canard untuk meningkatkan manuberabilitas serta mengurangi jarak take-off dan kecepatan saat mendarat.
Su-27K, desain awal dari Su-33, pada awalnya dikembangkan untuk AL Soviet bersama dengan MiG-29K. Diharapkan kedua pesawat ini digunakan untuk operasi kapal induk. Akan tetapi, ehancuran Uni Soviet meninggalkan hanya satu Kapal induk kelas Kuznetsov , sehingga hanya satu pesawat yang diputuskan untuk dikembangkan. Walaupun lebih mahal dan ukurannya lebih besar (sehingga sedikit pesawat yang akan muat dalam kapal induk), AL Soviet memilih Su-27K. Sekitar 24 pesawat yang sekarang dikenal sebagai Su-33 oleh Sukhoi. Sayangnya, karena kekurangan dana menyebabkan Soviet tidak lagi memakai kapal induk dan pesawat ini sekarang beroperasi dari pangkalan dekat pantai.
Pengembangan selanjutnya adalah pesawat latih dua tempat duduk Su-27KUB atau Su-33UB yang memiliki susunan tempat duduk berdampingan seperti Su-34.

HISTORY:
First Flight: (Su-27K) May 1985; (Su-27KUB) 29 April 1999
Service Entry: 1994

CREW: one: pilot

DIMENSIONS:
Length: 71.92 ft (21.94 m)
Wingspan: 48.17 ft (14.70 m)
Height: 19.42 ft (5.92 m)
Wing Area: 666 ft2 (62.0 m2)
Canard Area: unknown

WEIGHTS:
Empty: 35,275 lb (16,000 kg)
Normal Takeoff: 49,605 lb (22,500 kg)
Max Takeoff: 70,545 lb (32,000 kg)
Fuel Capacity: internal: 20,725 lb (9,400 kg); external: unknown
Max Payload: 14,330 lb (6,500 kg)

PROPULSION:
Powerplant: two Saturn/ Lyul'ka AL-31F afterburning turbofans
Thrust: 61,730 lb (274.6 kN)

PERFORMANCE:
Max Level Speed: at altitude: 1,430 mph (2,300 km/h) at 32,780 ft (10,000 m), Mach 2.17; at sea level: 870 mph (1,400 km/h), Mach 1.1
cruise speed: 870 mph (1,400 km/h) at 32,780 ft (10,000 m)
Initial Climb Rate: 45,235 ft (13,800 m) / min
Service Ceiling: 55,720 ft (17,000 m)
Range typical: 1,620 nm (3,000 km)
ferry: unknown
g-Limits: +9

ARMAMENT:
Gun: one 30-mm GSh-301 cannon (149 rds)
Stations: ten external hardpoints and two wingtip rails
Air-to-Air Missile: R-27/AA-10 Alamo, R-73/AA-11 Archer, R-77/AA-12
Air-to-Surface Missile: Kh-25MP/AS-12 Kegler, Kh-31/AS-17 Krypton, Kh-41
Bomb: various
Other: rocket pods, ECM pods

KNOWN VARIANTS:
T-10K: Prototype of the Su-27K
Su-27K 'Flanker-D': Official designation of the Su-33 used by the Russian Navy
Su-33 'Flanker-D': Production model with canards, strenthened structure, folding wings and tailplanes, arrester hook, uprated engine, corrosion protection, an in-flight refueling probe, and other modifications to make the aircraft suitable for carrier operations; approximately 24 built
Su-33UB or Su-27KUB: Side-by-side two-seat combat-capable trainer similar to the Su-32 or Su-34 but retaining the more rounded nose of the Su-33

KNOWN COMBAT RECORD: none

KNOWN OPERATORS: Russia, Aviatsiya Voyenno-Morskoyo Flota (Russian Naval Aviation)

Northrop F-5A Freedom Fighter F-5E Tiger II F-20 Tigershark Light Tactical Fighter

DESKRIPSI:
Northrop mulai proyek pesawat tempur ringan ini pada 1953 yang disebut dengan N-156F Freedom Fighter. Walaupun tidak dibeli oleh Militer AS, pemerintah AS mendukung penjualan 879 pesawat F-5A kepada 21 negara sahabat. 320 pesawat lain dibuat di bawah lisensi di beberapa negara lain. F-5E Tiger II muncul pada awal 1970an dengan mesin yang lebih bertenaga, kapasitas bahan bakar yang lebih besar dan pengembangan aerodinamisnya. Lebih dari 1400 pesawat ini terjual, termasuk beberapa dibeli oleh AL dan AU AS untuk program Tog Gun dan Aggressor untuk simulasi pesawat dan taktik musuh.
Pengembangan selanjutnya dari F-5 adalah F-20 Tigershark, yang similar performansinya dengan F-16. Akan tetapi, F-20 gagal menarik perhatian konsumen pada pasar pesawat tempur yang kompetitif pada akhir 1980an. Sekitar 2.700 pesawat ini dibuat untuk AS dan 30 negara lain dengan waktu produksi berakhir pada 1987. Mungkin varian F-5 yang paling terkenal adalah T-38 Talon yang merupakan pesawat trainer dua-tempat duduk yang digunakan oleh AU AS dan NASA.

HISTORY:
First Flight: (F-5A) 30 July 1959; (RF-5A) May 1968; (F-5E) 11 August 1972; (RF-5E) 29 January 1979; (F-5F) 25 September 1974
Service Entry: (F-5E) April 1973

CREW: 1 pilot

ESTIMATED COST: (T-38) $756,000

AIRFOIL SECTIONS:
Wing Root: NACA 65A004.8
Wing Tip: NACA 64A004.8

DIMENSIONS:
Length: 47.38 ft (14.45 m)
Wingspan: 28.67 ft (8.13 m)
Height: 13.25 ft (4.06 m)
Wing Area: 186 ft2 (17.2 m2)
Canard Area: not applicable

WEIGHTS:
Empty: 9,723 lb (4,410 kg)
Normal Takeoff: unknown
Max Takeoff: 24,722 lb (11,214 kg)
Fuel Capacity: internal: 2,541 L; external: unknown
Max Payload: (F-5) 7,000 lb (3,175 kg); (F-20) 8,000 lb (3,630 kg)

PROPULSION:
Powerplant: two General Electric J85-21A afterburning turbojets
Thrust: 10,000 lb (44.48 kN)

PERFORMANCE:
Max Level Speed: at altitude: 1,085 mph (1,745 km/h) at 36,000 ft (10,975 m), Mach 1.64; at sea level: unknown
Initial Climb Rate: 34,500 ft (10,500 m) / min
Service Ceiling: 51,800 ft (15,790 m)
Range: typical: 240 nm (445 km); ferry: 1,545 nm (2,865 km)
g-Limits: unknown

ARMAMENT:
Gun: two 20-mm M39A2 cannons (280 rds ea)
Stations: five external hardpoints and two wingtip rails
Air-to-Air Missile: AIM-9 Sidewinder
Air-to-Surface Missile: AGM-65 Maverick
Bomb: Mk 82/83/84 GP, BLU-107 Durandal, CBU-52 cluster
Other: ECM pods, rocket pods

KNOWN VARIANTS:
F-5A: Production one-seat Freedom Fighter; 1,200 built
CF-5A: Freedom Fighter license built by Canadair in Canada, also equipped for reconnaissance duties; 89 built
NF-5A: Freedom Fighter license built by Canadair for the Netherlands and Venezuela, also fitted with reconnaissance equipment; 75 built
RF-5A: Reconnaissance model based on the F-5A; 89 built
SRF-5A: Reconnaissance model license built by CASA for Spain; 17 built
F-5B: Two-seat trainer
F-5E: Tiger II, intended to fulfill a need for a lightweight, low-cost fighter to be exported to US allies, included modifications to improve manueverability and STOL performance, increased fuel capacity, and improved fire-control; about 1,400 built
RF-5E: TigerEye reconnaissance model with more advanced cameras and infrared scanners in an enlarged nose, purchased by Malaysia and Saudi Arabia; at least 12 built
F-5F: Two-seat combat-capable trainer with a lengthened fuselage
F-5G or F-20: Tigershark, advanced F-5 with one F404 turbofan engine, increased payload, and much improved avionics; 3 prototypes built but did not enter production
T-38: Two-seat trainer; 1,114 built for USAF

KNOWN COMBAT RECORD:
Vietnam War (South Vietnam, 1965-1975)
Iran-Iraq War (Iran, 1980-1988)

KNOWN OPERATORS:
US Air Force
US Navy
Bahrain
Brazil
Canada
Chile
Ethiopia
Greece
Honduras
Indonesia
Iran
Jordan
Kenya
Libya
Malaysia
Mexico
Morocco
Netherlands
Norway
Philippines
Saudi Arabia
Singapore
South Korea
Spain
Sudan
Switzerland
Taiwan
Thailand
Tunisia
Turkey
Venezuela
Vietnam

Sukhoi Su-30 ASCC codename: Flanker Multi-Role Fighter




DESKRIPSI:
Dirancang berdasarkan Su-27 yang impresif, Su-34 adalah sebuah bomber “ketinggian-rendah” yang didesain untuk menggantikan Su-24. Purwarupa pertama Su-34 adalah pesawat trainer dua-tempat duduk tandem Su-30 yang dimodifikasi, yang merupakan varian dari Su27, yang direkonfigurasi dengan tempat duduk berdampingan dalam sebuah bodi pesawat yang diperlebar. Di dalam hidung pesawat yang diperlebar, terdapat radar “terrain-following dan sistem “terrain-avoidance” yang dibutuhkan untuk penerbangan ketinggian rendah. Selanjutnya, bentuk hidung direvisi menjadi datar dan tajam seperti milik SR71 Blackbird untuk mengurangi “cross-section” radar pesawat. Seperti Su-27, Su-37 juga memiliki radar yang menghadap ke belakang, terletak di antara mesin untuk melacak target yang berada di belakang pesawat.
Pengembangan dari Su-27 menjadi Su-34 termasuk pemakaian sistem avionik canggih, penambahan cannard seperti pada Su-33, manuverabilitas yang lebih baik, jarak yang lebih jauh, dan peningkatan performa penerbangan ketinggian-rendah.
Su-34 pada awalnya dikenal sebagai Su-27IB, yang diharapkan untuk menggantikan Su-24 Bomber pada 2010. Varian lanjut dari Su-34 adalah Su-32FN yang dikembangkan untuk penyerangan maritim dan tugas pengintaian. Beberapa laporan menyatakan bahwa Su-34 juga dibuat versi “naval”-nya (mungkin dirancukan dengan Su-33UB) yang dilengkapi dengan mesin yang lebih kuat untuk mengurangi jarak take-off, tetapi varian ini diragukan karena sekarang Rusia tidak memiliki satu pun kapal induk.



HISTORY:
First Flight: (modified Su-30) 13 April 1990; (Su-34) 18 December 1993
Service Entry: unknown

CREW:
two: pilot, weapon systems officer

DIMENSIONS:
Length: 82.67 ft (25.22 m)
Wingspan: 48.18 ft (14.70 m)
Height: 20.33 ft (6.20 m)
Wing Area: 666 ft2 (62.0 m2)
Canard Area: unknown

WEIGHTS:
Empty: 30,865 lb (14,000 kg)
Normal Takeoff: 85,980 lb (39,000 kg)
Max Takeoff: 99,210 lb (45,000 kg)
Fuel Capacity: 26,675 lb (12,100 kg)
Max Payload: 17,640 lb (8,000 kg)

PROPULSION:
Powerplant: two Saturn/ Lyul'ka AL-31MF afterburning turbojets
Thrust: 58,460 lb (260 kN)

PERFORMANCE:
Max Level Speed: at altitude: 1,180 mph (1,900 km/h) at 32,780 ft (10,000 m), Mach 1.8; at sea level: unknown
cruise speed: 810 mph (1,300 km/h) at 32,780 ft (10,000 m)
Initial Climb Rate: unknown
Service Ceiling: 45,890 ft (14,000 m)
Range: typical: 2,160 nm (4,000 km); ferry: 3,775 nm (7,000 km)
g-Limits: +7

ARMAMENT:
Gun: one 30-mm GSh-301 cannon (149 rds)
Stations: ten external hardpoints and two wingtip rails
Air-to-Air Missile: up to 12 R-27/AA-10 Alamo, R-73/AA-11 Archer, or R-77/AA-12
Air-to-Surface Missile: AS-12, AS-13, Kh-29/AS-14 Kedge, Kh-35, Kh-41, Kh-59
Bomb: KAB-500, KAB-1500 laser-guided bombs
Other: rocket pods, ECM pods

KNOWN VARIANTS:
Su-27IB: Original designation of the Su-34
Su-34: Production model based on Su-27 airframe but with widened forward fuselage for side-by-side seating and advanced navigation and attack avionics
Su-32FN: Maritime attack and reconnaissance model built for export

KNOWN OPERATORS: Russian Air Force

Aurora Strategic Reconnaissance (Pesawat Pengintai)



Deskripsi:
Nama “Aurora” pertama kali muncul pada sebuah dokumen anggaran tahun 1985 yang menyebutkan proyek ini akan menerima $80 juta pada tahun fiscal 1986 dan $2,2 miliar tahun fiscal 1987. Setelah nama tersebut muncul tepat setelah TR-1, banyak orang menyimpulkan bahwa program tersebut merupakan program pesawat berkecepatan tinggi untuk menggantikan SR-71. Pada awal 1979, AU AS mulai mempelajari sebuag “pesawat yang berkecepatan 4Mach dan mampu beroperasi pada ketinggian 200.000 kaki yang dapat mengikuti pesawat pengintaian strategis Lockheed SR-71 pada tahun 1990an”.
AU, NASA dan beberapa kontraktor pesawat terbang mulai mendesain pesawat yang mampu terbang dengan kecepatan 5 Mach pada sekitar awal dan pertengahan 1980an, kemungkinan akan mensuplai informasi untuk pengembangan konsep pesawat ini. Kesulitan utama pada proyek ini adalah pengembangan mesin pesawat yang mampu memberikan kekuatan yang dapat menghasilkan kecepatan 5 Mach dan pengembangan struktur pesawat yang mampu bertahan pada suhu tinggi akibat kecepatan yang sangat tinggi.
Jika informasi di atas tidak ada, maka Auora akan seperti pesawat berkecepatan 3 Mach XB-70 Valkyrie atau National Aerospace Plane (NASP) X-30 milik NASA yang dibatalkan programnya. Kedua pesawat itu mempunyai bentuk segitiga dengan sayap delta. Keduanya melawan panas akibat kecepatan tinggi itu dengan mensirkulasi bahan bakar sepanjang permukaaan. Sementara XB-70 dilengkapi dengan mesin jet konvensional, X-30 memakai mesin ramjet atau scramjet canggih yang menggunakan bahan bakar cryogenic untuk dapat beroperasi pada kecepatan sampai 5 Mach.
Dengan perkembangan teknologi avionic ini dan adanya dana dari AS, banyak orang menganggap bahwa AU AS telah dapat mengembangkan, membuat dan menguji pesawat besar berkecepatan tinggi ini pada awal 1990an. Segera setelahnya, laporan mengenai ledakan “sonic” keras dan penampakan pesawat aneh di atas Inggris dan Kalifornia Selatan mulai muncul permukaan. Beberapa orang menganggap beberapa laporan ini adalah bukti keberhasilak AU AS membuat pesawat berkecepatan sangat tinggi ini yang menggunakan suatu mesin “exotic”.
Pemerintah AS sampai sekarang masih menyangkal keberadaan pesawat yang bernama Aurora atau sejenisnya ini untuk menggantikan pesawat SR-71. Setelah bukti-bukti yang mendukung keberadaan Aurora hanya merupakan dugaan kosong, hanya ada sedikit alasan untuk membantah pernyataan pemerintah AS.

HISTORY:
First Flight: possibly late-1980s
Service Entry: existence unconfirmed

CREW: possibly two: pilot and systems officer

DIMENSIONS:
Length: 115 ft (35 m)
Wingspan: 65 ft (20 m)
Height: 19 ft (6 m)
Wing Area 3,200 ft2 (300 m2)
Canard Area: not applicable

WEIGHTS:
Empty: 65,000 lb (29,480 kg)
Typical Load: unknown
Max Takeoff: 157,000 lb (71,215 kg)
Fuel Capacity: internal: 88,000 lb (39,920 kg); external: not applicable
Max Payload: 4,000 lb (1,815 kg)

PROPULSION:
Powerplant: possibly turbofan engines for subsonic flight and
ramjets, scramjets, or pulse detonation engines for supersonic flight
Thrust: unknown

PERFORMANCE:
Max Level Speed: at altitude: possibly Mach 5 to Mach 8 (some suggest up to Mach 20); at sea level: unknown
Initial Climb Rate: unknown
Service Ceiling: 131,000 ft (40,000 m)
Range: 8,000 nm (15,000 km)
g-Limits: unknown

ARMAMENT:
Gun: none
Stations: none
Air-to-Air Missile: none (although some suggest a long-range AAM like the AIM-54 Phoenix might be carried)
Air-to-Surface Missile: none
Bomb: none
Other: cameras, IR sensors, other recon sensors

KNOWN VARIANTS:
Aurora: Possible high-speed advanced reconnaissance platform

KNOWN COMBAT RECORD: existence unconfirmed
KNOWN OPERATORS: United States (US Air Force)

McDonnell Douglas(now Boeing)/ Northrop F/A-18 Hornet Multi-Role Fighter




Deskripsi:
F-18 Hornet dibuat berdasarkan purwarupa Northrop YF-17 Cobra. YF-17 dikembangkan untuk berkompetisi dengan F-16 pada Lightweight Fighter Competition AU AS pada 1970an. Walaupun akhirnya AU AS lebih memilih F-16, AL AS merasa bahwa konsep YF-17 menawarkan potensi yang lebih besar sebagai pengganti dari pesawat tempur A-7 Corsair. Northrop dan McDonnell Douglas setuju untuk melakukan produksi bersama versi F-18 untuk AL dan sebuah varian serang A-18 untuk marinir, tetapi kemudian keduanya dikombinasikan menjadi pesawat multi-misi F/A-18 Hornet.
Untuk menjaga tujuannya sebagai pesawat multi-peran, pada jantung F-18 terdapat radar Hughes multi-mode yang mempunyai efektifitas yang sama dalam misi udara-ke-udara dan udara-ke-darat. Dikombinasikan dengan sistem avionic canggih, display kokpit, mesin yang kuat, “excellent high angle-of attack aerodynamics” dan persenjataan jarak-jauh, F-18 melampaui harapan AL dan Marinir AS dalam hal akurasi, manuverabilitas, dan efektifitas keseluruhan. F-18 berhasil beroperasi dengan AL dan Korps Marinir pada pertengahan 1980an sebagai pengganti A-7 dan F-4 Phantom II.
Produksi kemudian berubah untuk mengupgrade model F/A-18C tempat duduk-tunggal dan F/A-18D tempat duduk-ganda. Walaupun secara eksternal tidak dapat dibedakan, dua varian baru F-18 mempunyai beberapa pengembangan pada sistem avionic untuk meningkatkan kemampuan serang malam hari. Sementara F-18B hanya merupakan pesawat trainer, kursi belakang pada F-18D dilengkapi dengan display multi-fungsi dan stik-samping kontroler senjata yang membuat F-18 dapat berperan sebagai kontroler udara depan yang membimbing pesawat lain ke target pada pertempuran.
Model F/A-18C/D dihentikan produksinya pada akhir 1990an, digantikan oleh F/A-18E dan F/A-18F Super Hornet. Rencana saat ini, F-18A/B akan tetap beroperasi dengan AL AS sampai sekitar 2015, sementara F-18C/D akan dipensiunkan pada 2020. F-18 juga membuat beberapa konsumen dari berbagai AU asing.






HISTORY:
First Flight: (F-18A) 18 November 1978; (F-18C) 3 September 1986; (F-18D) 6 May 1988
Service Entry: (F-18A) 7 January 1983; (F-18D) November 1989
CREW: (F-18A/C) one: pilot; (F-18D) two: pilot, weapon systems officer

ESTIMATED COST: $35 million [2003$]

AIRFOIL SECTIONS:
Wing Root: NACA 65A005 mod
Wing Tip: NACA 65A003.5 mod

DIMENSIONS:
Length: 56.00 ft (17.07 m)
Wingspan: 37.50 ft (11.43 m)
Height: 15.25 ft (4.66 m)
Wing Area: 400 ft2 (37.16 m2)
Canard Area: not applicable

WEIGHTS:
Empty: 23,050 lb (10,455 kg)
Normal Takeoff: 36,710 lb (16,6500 kg) [fighter mission]; 49,225 lb (22,330 kg) [attack mission]
Max Takeoff: 56,000 lb (25,400 kg)
Fuel Capacity: internal: 10,860 lb (4,925 kg); external: 6,730 lb (3,055 kg)
Max Payload: 15,500 lb (7,030 kg)

PROPULSION:
Powerplant: two General Electric F404-400 afterburning turbofans
Thrust: 32,000 lb (142.4 kN) with afterburner

PERFORMANCE:
Max Level Speed: at altitude: 1,190 mph (1,915 km/h) at 40,000 ft (12,190 m), Mach 1.8; at sea level: unknown
Initial Climb Rate: 45,000 ft (13,715 m) / min
Service Ceiling: 50,000 ft (15,240 m)
Endurance: unknown
Range: fighter mission: 800 nm (1,480 km); attack mission: 1,150 nm (2,130 km)
ferry: 1,800 nm (3,335 km)
g-Limits: unknown

ARMAMENT:

Gun: one 20-mm M61A1 Vulcan cannon (570 rds)
Stations: seven external hardpoints and two wingtip rails
Air-to-Air Missile: AIM-7 Sparrow, AIM-9 Sidewinder, AIM-120 AMRAAM, AIM-132 ASRAAM
Air-to-Surface Missile: AGM-45 Shrike, AGM-62 Walleye, AGM-65 Maverick, AGM-84 Harpoon, AGM-84 SLAM, AGM-84 SLAM-ER, AGM-88 HARM, AGM-123 Skipper, AGM-154 JSOW
Bomb: GBU-10/12/24/51 Paveway laser-guided, GBU-15 EO-guided, GBU-29/30/31/32/35 JDAM, B-57/61 nuclear, Mk 82/83/84 GP, Mk 20 Rockeye, BLU-107 Durandal, CBU-59 cluster
Other: ECM pods, rocket pods

KNOWN VARIANTS:
YF-17 Cobra: Northrop's entry in the USAF Lightweight Fighter competition, although not selected, US Navy evaluation of the design led to the F/A-18 Hornet
F/A-18A: First production model; 371 built
AF-18A: One-seat fighter purchased by Australia, based on the F-18A but currently being upgraded to F-18C standard to serve until at least 2011; 57 built
ATF-18A: Two-seat trainer for Australia, very similar to the F-18B; 18 built
CF-18A or CF-188A: One-seat fighter purchased by Canada, based on the F-18A but fitted with a spotlight for identifying targets at night, a new ILS, and able to carry LAU-5003 rocket pods, Canada plans to keep its aircraft in service until 2017; 98 built
EF-18A or C-15: One-seat fighter purchased by Spain, based on the F-18A but being upgraded to near F-18C standard; 60 built
RF-18A: Reconnaissance model, few built and most transferred to research duties with the US Navy and NASA
F/A-18B or TF/A-18A: Two-seat trainer; 40 built
CF-18B or CF-188B: Two-seat trainer for Canada; 40 built
EF-18B or CE-15: Two-seat trainer for Spain; 12 built
F/A-18C: Upgraded one-seat model able to carry the AIM-120 AMRAAM and AGM-65 Maverick, also upgraded with new avionics, a new ejection seat, and small strakes on the LERXs to reduce buffet on the tailfins; 355 built
KF-18C: One-seat fighter purchased by Kuwait, based on the F-18C; 32 built
F/A-18D: Two-seat night attack fighter for the US Marines, includes the same avionic upgrades as the F-18C
KAF-18D: Two-seat trainer for Kuwait; 8 built
F/A-18E/F: Significantly upgraded Super Hornet models with lengthened fuselage and enlarged wings
Hornet 2000: MDD proposal for an advanced Hornet with enlarged wing and tail surfaces, longer fuselage, new engines, and an improved cockpit; presumably led to Super Hornet 'E' and 'F' models

KNOWN COMBAT RECORD:
Libya - Operation El Dorado Canyon (USN, 1986)
Iraq - Operation Desert Storm (USN, USMC, Canada, 1991)
Iraq - Operation Southern Watch (USN, USMC, 1991-2003)
Bosnia - Operation Deliberate Force (USN, USMC, Canada, Spain, 1995)
Iraq - Operation Desert Fox (USN, 1998)
Kosovo - Operation Allied Force (USN, Canada, Spain, 1999)
Afghanistan - Operation Enduring Freedom (USN, USMC, 2001-present)
Iraq - Operation Iraqi Freedom (USN, USMC, Australia, 2003-present)

KNOWN OPERATORS:
Australia (Royal Australian Air Force)
Canada (Canadian Armed Forces, Air Command)
Finland, Suomen Ilmavoimat (Finnish Air Force)
Kuwait, al-Quwwat al-Jawwiya al-Kuwaitiya (Kuwaiti Air Force)
Malaysia, Tentera Udara Diraja Malaysia (Royal Malaysian Air Force)
Spain, Ejército del Aire Española (Spanish Air Force)
Switzerland, Schweizer Luftwaffe (Swiss Air Force)
United States (US Marine Corps)
United States (US Navy)
United States (NASA)

General Dynamics (now Lockheed Martin) F-16 Fighting Falcon Multi-Role Fighter




Deskripsi:
Dianggap oleh kebanyakan orang sebagai pesawat tempur tebaik pada masanya, F-16 merupakan salah satu desain pesawat tempur paling popular di dunia. F-16 pada awalnya dibuat di bawah program Pesawat Tembur Berbobot Ringan (Light Weight Fighter=LWF) pada awal 1970an yang mencari suku cadang yang lebih murah bagi F-15 untuk meningkatkan manuverabilitas dab misi serang taktis. Terangsang oleh ketertarikan negara lain pada produksi model ini, LWF dirubah menjadi program Air Combat Fighter (ACF) dan menjadi kompetisi “fly-off” antara General Dynamics YF-16 dan Northrop's YF-17. General Dinamics kemudian menjadi pemenang kompetisi itu pada 1975 dan mendapatkan kontrak untuk memproduksi F-16. AU AS berencana untuk membeli sampai 650 pesawat sebagai pengganti F-105 dan sebagian F-4, sementara beberapa sekutu NATO membeli F-16 sebagai pengganti F-104.
Walaupun sebenarnya pesawat ini dirancang sebagai pesawat serang darat (ground attack) dengan kemampuan sekunder pertahanan udara, ternyata F-16 kemudian diluncurkan sebagai pesawat multi-peran. Desainnya menggunakan sayap ruang variable (variable chamber wings) dan “leading edge strakes” untuk menghasilkan daya angkat yang lebih tinggi dan menghindari “root stall” walaupun pada “high angles of attack”. Sebagai tambahan, penggunaan sistem kontrol “fly-by-wire” yang dapat membelokkan permukaan kontrol jauh lebih cepat dari pada pilot membuat F-16 mempunyai manuverabilitas yang luar biasa. F-16 juga dilengkapi dengan peralatan avionic canggih dan beban persenjataan yang besar.
F-16 sampai sekarang tetap mengalami update dan pengembangan pada model produksinya. Evolusi bertahap pada kemampuan pesawat ditunjukkan dengan sebuah seri “blok numbers” yang melakukan upgrade software, sistem persenjataan, struktur dan sistem lain untuk menggantikan peralatan yang usang. Model produksi F-16A/B awal terdiri dari Blok 10 dan 15 yang menampilkan pengembangan struktur, radar baru dan penambahan daya angkut senjata.
Pengembangan besar juga terjadi dengan peluncuran F-16C/D yang mencakup seri Blok 25, 30/32 dan 40/42. Upgrade dalam model ini termasuk mesin baru, radar yang lebih baik dengan kemampuan serangan malam presisi, dan kompabilitas dengan peralatan canggih yang selalu berkembang seperti “senjata pintar”. Model akir pesawat ini yang dibeli oleh AS menggunakan Blok 50/52 dengan pengembangan untuk melakukan “tekanan hebat” (suppression) pada misi pertahanan udara musuh.
Walaupun tidak ada lagi produksi untuk AS, F-16 terus dibuat untuk model ekspor. Model terbarunya adalah F-16E/F Block 60 yang dibuat untuk Uni Emirat Arab. Seri ini mempunyai radar AESA dan kapasitas bahan bakar yang lebih besar untuk meningkatkan jarak jangkau dan daya tahan (endurance).
Vesatilitas, kemampuan dan harganya yang relative rendah membuat F-16 menjadi pesawat yang dipakai secara luas di dunia barat sejak F-86. Lebih dari 4.000 F-16 telah dibuat untuk 24 negara. F-16 telah mengalami banyak pertempuran, paling terkenal yaitu di Timur Tengah ketika F-16 bertempur di atas Lebanon dan Irak. F-16 milik Pakistan juga telah disibukkan dengan menembak jatuh beberapa pesawat Soviet selama Perang Afghan 1980an dan sering kali bertempur dengan pesawat milik India.
Produksi berlanjutan dan usaha upgrade terus-menerus menjamin F-16 tetap beroperasi dengan baik pada abad ke-21. AS berencana memakai F-16 sampai 2025, hingga pesawat ini digantikan oleh F-35 (JSF). Sebagian besar konsumen F-16 juga diharapkan akan mengganti F-16 mereka menjadi F-35 pada dua dekade mendatang.




HISTORY:
First Flight: (YF-16) 2 February 1974; (F-16A) 8 December 1976
Service Entry: 17 August 1978

CREW: (F-16A/C) one: pilot; (F-16B/D) two: pilot, instructor

ESTIMATED COST: (F-16A/B) $14.6 million [1998$]; (F-16C/D) $18.8 million [1998$]

AIRFOIL SECTIONS:
Wing Root: NACA 64A204
Wing Tip: NACA 64A204

DIMENSIONS:
Length: 49.33 ft (15.03 m)
Wingspan: 31.00 ft (9.45 m)
Height: 16.33 ft (5.09 m)
Wing Area: 300.0 ft² (27.88 m²)
Canard Area: not applicable

WEIGHTS:
Empty: 18,725 lb (8,495 kg)
Normal Takeoff: 23,765 lb (10,780 kg)
Max Takeoff: 37,500 lb (17,010 kg)
Fuel Capacity: internal: 7,160 lb (3,255 kg); external: 6,950 lb (3,160 kg) in two 370 gal (1,400 L) and one 300 gal (1,135 L) tanks; 8,015 lb (3,645 kg) in two 600 gal (2,270 L) tanks
Max Payload: 17,200 lb (7,800 kg) [normal]; 20,450 lb (9,275 kg) [theoretical limit]

PROPULSION:
Powerplant: one General Electric F100-100 or one Pratt & Whitney F100-220 afterburning turbofan
Thrust: 29,100 lb (129.4 kN) with afterburner

PERFORMANCE:
Max Level Speed: at altitude: 1,350 mph (2,175 km/h) at 40,000 ft (12,190 m), Mach 2.05; at sea level: 915 mph (1,460 km/h), Mach 1.2
Initial Climb Rate: 50,000 ft (15,239 m) / min
Service Ceiling: 50,000 ft (15,239 m)
Range: typical: 540 nm (1,000 km); ferry: 2,100 nm (3,890 km)
g-Limits: +9.0

ARMAMENT:
Untuk melihat daya angkut senjata lengkap F-16 klik di sini
Gun: one 20-mm M61A1 Vulcan cannon (511 rds)
Stations: seven to nine external hardpoints and two wingtip rails
Air-to-Air Missile: AIM-7 Sparrow/Skyflash, AIM-9 Sidewinder, AIM-120 AMRAAM, AIM-132 ASRAAM, Magic II, MICA, Python 3
Air-to-Surface Missile: AGM-45 Shrike, AGM-65 Maverick, AGM-84 Harpoon, AGM-88 HARM, AGM-119 Penguin, Wasp, AS.30L
Bomb: GBU-10/12/24 Paveway laser-guided, GBU-15, B43 nuclear, Mk 82/83/84 GP, Mk 20 Rockeye, BLU-107 Durandal, CBU-52/58/71/87/89/97 cluster, BL-755, BLU-109, Mk 36 Destructor
Other: ECM pods, navigation pods, targeting pods, rocket pods, gun pods, autonomous free-flight dispenser system

KNOWN VARIANTS:
YF-16: Purwarupa untuk pengujian program Light Weight Fighter; 2 built
F-16 FSD: Pesawat purwarupa yang telah dikembangkan secara penuh; 6 single-seat and 2 two-seat models built
F-16A: Model pesawat untuk produksi yang memkai Blok seri 1 sampai 20; 674 built for USAF
F-16B: Pesawat model 2-tempat duduk untuk trainer; 121 built for USAF
Block 1/5/10: Blok produksi awal dari F-16A/B dengan perbedaan struktur yang kecil diantara mereka.; 94 Block 1, 197 Block 5, and 312 Block 10 planes built
Block 15: F-16A/B yang diupdate dengan penambahan dua "pylons" di bawah sayapnya, sistem komunikasi baru dan stabiliser horizontal yang lebih lebar; 983 built
Block 15 OCU: Operational Capability Upgrade dengan mesin baru, penambahan berat takeoff, pengembangan kokpit, sistem avionik yang lebih canggih, kompabilitas dengan misil Maverick, Penguin dan AMRAAM; 214 built and some Block 10 airframes converted
F-16 ADF: Air Defense Fighter berdasar pada Blok 15 tetapi didesain untuk unit US Air National Guard dengan radar yang telah diupgrade dan sistem avionik yang telah dipercanggih; 270 converted
Block 20: F-16A/B Block 15 OCU planes purchased by Taiwan but updated with a new radar, better mission compuyers, and incororating most of the Block 50/52 improvements; 150 converted
F-16/79: Proposed reduced-cost, reduced-capability version of the F-16A/B intended for export, marketed to several countries but its rejection led to the decision to sell the standard F-16 abroad; 1 built
F-16A®: F-16A aircraft of the Netherlands and Belgium modified to carry tactical reconnaissance pods
RF-16A: F-16A aircraft of Denmark modified to carry reconnaissance pods; 10 converted
F-16 MLU
F-16AM/F-16BM: Series of Mid Life Update programs to upgrade the software and avionics of F-16A/B airframes bringing them to a near F-16C/D Block 50/52 standard, applied to the fleets of Belgium, Chile, Denmark, Jordan, the Netherlands, Norway, Pakistan, and Portugal
A-16: Proposed close air support derivative with structural improvements to carry a 30-mm cannon and 7.62-mm minigun pods on the wing seen as a replacement for the A-10; 2 prototypes converted from Block 15 airframes
F/A-16: F-16A/B Block 10 airframes modified to carry a 30-mm GAU-13 cannon in a centerline pod but the vibrations from the cannon were so severe as to make aiming impractical; 24 converted
F-16C: Upgraded one-seat fighter model with improved ground attack capability provided by a LANTIRN system and new ECM equipment, includes Blocks 25 through 50/52
F-16D: Two-seat trainer based on the F-16C
Block 25: Introduced a new radar with precision night-attack capability as well as an enhanced engine, new computer systems, cockpit displays, and other avionics improvements; 209 built
Block 30/32: Block 30 carries General Electric F110 engines while Block 32 is fitted with the Pratt & Whitney F100, introduced the LITENING targeting pod, compatibility with HARM and AMRAAM missiles, better navigation systems
F-16C++: Unofficial designation used for the final Block 30/32 aircraft
F-16 Recce: US airframes modified to carry multi-sensor reconnaissance pods on the centerline, usually fitted to Block 25 and 30 aircraft of the US Air National Guard
F-16N
TF-16N: Based on the F-16C/D Block 30 and used by the US Navy for adversary training; 22 one-seat F-16N and 4 two-seat TF-16N built
Block 40/42: Improved day-night/all-weather attack variant based on the Block 30/32 but compatible with night vision systems, the LANTIRN pod, and GPS weapons like JDAM, JSOW, and WCMD; 615 built
F-16CD/F-16DG
Night Falcons: Unofficial designations for the single-seat and two-seat Block 40/42 aircraft
Block 50/52: Introduced a new GPS/INS navigation system, updated engines, a helmet-mounted cueing system, and weapon system improvements
Block 50D/52D: Block 50/52 models adapted for Suppression of Enemy Air Defenses (SEAD) missions using Shrike or HARM missiles
F-16CJ/F-16DJ: Unofficial designations for the single-seat and two-seat Block 50D/52D aircraft
Block 50/52 Plus: Introduced conformal fuel tanks along the upper wing strakes and an enlarged spline for avionics; purchased by Greece, Poland, Pakistan, and Singapore
KF-16: F-16C/D Block 52 models purchased by South Korea and compatible with Harpoon missiles, built under license by Korean Aerospace Industries; 140 built
F-16I Sufa: Model for Israel based on the Block 50/52 Plus but with removable conformal fuel tanks and Israeli avionics; 102 to be built
F-16E/F: New production model incorporating conformal fuel tanks, an AESA radar, new engines, an enlarged spline for avionics, and other advanced upgrades, purchased by the United Arab Emirates
GF-16: Ground instruction model used to train maintenance personnel
F-16/101: Test aircraft modified from the first F-16 FSD airframe and used to evaluate the GE F101 engine for the production F-16
F-16 CCV: Control-Configured Vehicle modified from the YF-16 prototype and used to test advanced control systems; 1 converted
F-16 AFTI: Advanced Fighter Technology Integration aircraft built to expand on the F-16 CCV program and test a new digital flight control system as well as other advanced technologies like a voice controlled sytem and helmet-mounted targeting system, many of the systems tested have become standard on newer fighters; 1 converted from F-16 FSD airframe
F-16 Agile Falcon: Proposed low-cost version of the AFTI model featuring a larger wing and enhanced control systems; cancelled but later inspired Japan's F-2
NF-16D VISTA: Variable Stability Inflight Test Aircraft used to test advanced control systems
F-16 MATV: VISTA airframe modified with a Multi Axis Thrust Vectoring axisymmetric nozzle
F-16 SFW: Swept Forward Wing proposed to test forward-swept wing technology; not built in favor of the X-29
F-16XL or F-16E/F: Advanced test aircraft modified with a large cranked delta wing and developed as a tactical strike aircraft prototype, the enormous wing held 27 hardpoints and nearly doubled the payload of a standard F-16, the F-16E was to be a production single-seat model and the F-16F a two-seat model but the program was cancelled after the USAF selected the F-15E and the two prototypes were later transferred to NASA for drag-reduction research; 1 single-seat and 1 two-seat models converted from F-16 FSD airframes
F-16AT Falcon 21: Proposed low-cost alternative to the F-22 based on the F-16XL but with a more conventional wing
F-16X Falcon 2000: Proposed F-16 variant with a lengthened fuselage and wing similar to the F-22 to nearly double fuel capacity
F-16U: Early proposal to United Arab Emirates combining features of the F-16XL with the wing of the F-16X; cancelled in favor of the F-16E/F
F-16 ES: Enhanced Strategic model designed as an extended range F-16C/D with conformal tanks and an internal FLIR system to reduce drag, offered to Israel as an alternative to the F-15I and to the United Arab Emirates; 1 prototype converted from a Block 30 airframe
F-16 GCAS: Block 25 airframe modified to test Ground Collision Avoidance System technologies; 1 converted
F-16 LOAN: Low-Observable Asymmetric Nozzle demonstrator that tested a nozzle to reduce radar and infrared cross sections and improve maintenance; 1 converted from F-16C airframe to test technology for the Joint Strike Fighter
F-16IN: Proposed model for India's Medium Multi-Role Combat Aircraft contract featuring an AESA radar, infrared seach and track system, and electronic warfare systems; 18 would be built in the US and another 108 license built in India
FS-X or F-2: Fighter loosely based on the F-16 built by Mitsubishi for Japan

KNOWN COMBAT RECORD:
Iraq - Osirak nuclear reactor strike (Israel, 1981)
Lebanon Civil War (Israel, 1982)
Soviet-Afghan War - shot down 3-4 Su-22, 2 MiG-23, 1 Su-25, 1 An-26 (Pakistan, 1986-1988)
Iraq - Operation Desert Storm (USAF, 1991)
Iraq - Operation Northern Watch (USAF, 1991-2003)
Iraq - Operation Southern Watch (USAF, 1991-2003)
Venezuela Coup (Venezuela, 1992)
Bosnia - Operation Deliberate Force (USAF, Netherlands, 1995)
Kosovo - Operation Allied Force (USAF, 1999)
Kargil War (Pakistan, 1999)
Israeli-Palestinian conflict (Israel, 2000-present)
US Homeland Security - Operation Noble Eagle (USAF, 2001-present)
Afghanistan - Operation Enduring Freedom (USAF, Belgium, Denmark, Netherlands, Norway, 2001-present)
shot down Indian Searcher-II UAV (Pakistan, 2002)
Iraq - Operation Iraqi Freedom (USAF, 2003-present)
Greece-Turkey skirmish (Greece, Turkey, 2006)
Second Lebanon War (Israel, 2006)
Syria - nuclear strike (Israel, 2007)
KNOWN OPERATORS: Bahrain, Bahrain Amiri (Royal Bahraini Air Force)
Belgium, Belgishe Luchtmacht/Force Aérienne Belge (Belgian Air Force)
Chile, Fuerza Aérea de Chile (Chilean Air Force)
Denmark, Kongelige Danske Flyvevåbnet (Royal Danish Air Force)
Egypt, Al Quwwat al Jawwiya il Misriya (Egyptian Air Force)
Greece, Elliniki Polimiki Aeroporia (Hellenic Air Force)
Indonesia, Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Udara (Indonesian Air Force)
Israel, Tsvah Haganah le Israel - Heyl Ha'Avir (Israeli Defence Force - Air Force)
Italy, Aeronautica Militare Italiana (Italian Air Force)
Jordan, Al Quwwat al-Jawwiya al-Malakiya al-Urduniya (Royal Jordanian Air Force)
Morocco, Al Quwwat al Jawiyya al Malakiya Marakishiya (Royal Moroccan Air Force)
Netherlands, Koninklijke Luchmacht (Royal Netherlands Air Force)
Norway, Kongelige Norske Luftforsvaret (Royal Norwegian Air Force)
Oman, Al Quwwat al-Jawwiya al-Sultanat Oman (Royal Oman Air Force)
Pakistan, Pakistan Fiza'ya (Pakistani Air Force)
Poland, Polska Wojska Lotnicze i Obrony Powietrznej (Polish Air Defense and Aviation Force)
Portugal, Força Aérea Portuguesa (Portuguese Air Force)
Singapore (Republic of Singapore Air Force)
South Korea, Han-guk Kong Goon (Republic of Korea Air Force)
Taiwan, Chung-Kuo Kung Chuan (Republic of China Air Force)
Thailand, Kongtap Agard Thai (Royal Thai Air Force)
Turkey, Türk Hava Kuvvetleri (Turkish Air Force)
United Arab Emirates (United Arab Emirates Air Force)
United States (US Air Force)
United States (US Air Force Reserves)
United States (US Air National Guard)
United States (US Navy)
United States (NASA)
Venezuela, Fuerza Aérea Venezolana (Venezuelan Air Force)

LockheedSR-71 Blackbird Strategic Reconnaissance




DESKRIPSI:
Sr-71 yang luar biasa secara resmi masih merupakan pesawat bertenaga jet tercepat di dunia, bahkan setelah 40 tahun dari penerbangan pertamanya. Desain Blackbird dimulai pada akhir tahun 1950an sebagai interseptor altitude-tinggi dengan kecepatan 3 Mach dan platform penyerangan. Setelah CIA sadar bahwa pesawat ini jauh lebih baik jika dipakai untuk peran pengintaian dari pada pertempuran, maka konsep dirubah pada 1958, dengan mengurangi vunerabilitas pesawat dan meningkatkan kecepatan hingga lebih dari 3 Mach dan ketinggian maksimal yang dicapai hingga 85.000 kaki (25.930 m). Akan tetapi, performa seperti itu membutuhkan lompatan yang besar dalam desain dan metode konstruksinya. Titanium pun dipakai pada airframe agar mampu bertahan pada suhu yang sangat tinggi pada kecepatan luar biasa. Kesulitan juga dialami pada pengembangan mesin dan sistem hidrolis untuk dapat beroperasi pada kecepatan tinggi tersebut, sehingga diperlukan bahan khusus. Kebutuhan untuk penerbangan jarak jauh juga mengharuskan prinsip aerodinamis tingkat tinggi termasuk penggunaan sebuah sayap delta yang ”highly-swept” dengan “chamber” didepannya untuk mengurangi “induced drag”. Sebagai tambahan, SR-71 dilengkapi dengan teknik stealth terbaru yang didesain untuk meminimalisasi detektabilitas oleh radar. Beberapa metode stealth yang digunakan termasuk hidung yang ditajamkan, “canted vertical tails” dan cat yang didesain untuk menghamburkan gelombang radar.
Model pertama yang dibuat A-12 sebanyak 15 yang didesain baik untuk misi pengintaian maupun penyerangan. Pesawat satu-tempat duduk ini dikirim ke CIA pada awal 1962, tetapi satu di antaranya dimodifikasi menjadi dua-tempat duduk dan dua lagi dijadikan dua-tempat duduk untuk untuk peluncuran “drone” tanpa awak D-21. Pesawat-pesawat model awal ini mampu membawa pod berisi bom nuklir 1-megaton atau drone D-21 yang dilengkapi dengan kamera, sensor inframerah dan peralatan lain. 3 pesawat 2-tempat-duduk baru juga dibuat sebagai interseptor kecepatan-tinggi YF-12A, tetapi secara primer pesawat ini dibangun untuk riset NASA. Pesawat A-12 diterbangkan oleh AU AS atas nama CIA sampai model terbaru ditemukan, SR-71, model yang didekasikan untuk misi pengintaian yang beroperasi penuh pada 1968. SR-71 mempunyai airframe yang telah dikembangkan, kapasitas bahan bakar yang ditingkatkan, dan performa aerodinamis yang lebih baik tetapi ruang persenjataan dikurangi jika dibandingkan model sebelumnya. SR-71 dilengkapi dengan kemampuan pengisian bahan bakar di udara untuk menangani masalah desain yang konsumsi bahan bakar-nya tinggi dan untuk memperjauh jarak jangkau.
Walaupun banyak kemampuan SR-71 tidak diketahui, saat ini dipercaya bahwa pesawat dapat membawa nuklir 1-megaton atau kamera canggih, sensor dan peralatan pengintaian. SR-71 mampu melakukan survey sampai 80.000 mil persegi (207.000 km persegi) per jam.
Produksi pesawat ini dipercaya mencapai 31 pesawat termasuk 29 model pengintai SR-71A, dua trainer SR-71B dan trainer SR-71C yang dibuat ulang dari YF-12. Walaupun pesawat ini mempunyai kemampuan pengintaian yang sangat berharga selama Perang Dingin, pesawat ini sangat mahal biaya perawatan dan operasionalnya. Bertambahnya biaya perawatan dan pengurangan budget, membuat AU AS menghentikan penggunaan pesawat ini pada 1990. 3 pesawat yang dipensiunkan ini disimpan di Lockheed's Palmdale, yang jika diperukan dapat diaktifkan kembali. Sementara 3 pesawat lain masih dioperasikan oleh NASA untuk riset kecepatan tinggi.
Akan tetapi, banyak orang menganggap bahwa SR-71 masih digunakan pada Gulf War tahun 1991. Opini ini membuat kongres memerintahkan beberapa pesawat ini dioperasika kembali pada 1994. Karena pesawat-pesawat yang disimpan rusak, maka NASA meminjamkan ketiga pesawatnya (2 model satu-tempat duduk dan 1 model 2-tempat duduk) ke AU. Pesawat yang mempunyai satu-tempat-duduk diperbarui oleh Lockheed antara 1995 dan 1996 dan diupgrade dengan penambahan Advanced Synthetic Aperture Radar System (ASARS), sebuah kamera Itek yang mempunyai cakupan penuh horizon, dan dua kamera resolusi-tinggi. Sebagai tambahan, pesawat dilengkapi dengan sebuah link data untuk mentransmit gambar radar secara real time. Akan tetapi akhirnya tika pesawat ini dipensiunkan kembali pada 1998 oleh AU. Ketiga pesawat ini masih dipakai secara terbatas oleh NASA sampai 2001 yang akhirnya benar-benar dipensiunkan. Dari 50 A-12s, YF-12s, dan SR-71s yang dibuat, 20 diantaranya hancur dalam berbagai kecelakaan. Sebagian besar pesawat yang masih ada didonasikan ke museum di seluruh AS.

HISTORY:
First Flight: (A-12) 26 April 1962; (SR-71A) 22 December 1964
Service Entry: (A-12) November 1965; (SR-71) January 1966
Retirement: (A-12) 8 May 1968; (SR-71) 18 January 1990, 3 December 1998
CREW:: (A-12) 1 pilot; (M-21) 1 pilot and 1 drone launch control officer; (YF-12) 1 pilot and 1 weapons systems officer; (SR-71) 1 pilot and 1 reconnaissance systems officer

ESTIMATED COST: $34 million [1966$]

DIMENSIONS:
Length: (A-12) 102.25 ft (31.19 m); (M-21) 102.25 ft (31.19 m); (YF-12) 101.67 ft (30.02 m); (SR-71) 107.42 ft (32.74 m)
Wingspan: (A-12) 55.58 ft (16.96 m); (M-21) 55.58 ft (16.96 m); (YF-12) 55.58 ft (16.96 m); (SR-71) 55.58 ft (16.96 m)
Height: (A-12) 18.50 ft (5.64 m); (M-21) 18.50 ft (5.64 m); (YF-12) 18.50 ft (5.64 m); (SR-71) 18.50 ft (5.64 m)
Wing Area: (SR-71) 1,800 ft2 (167.22 m2)
Canard Area: not applicable

WEIGHTS:
Empty: (SR-71) 60,000 lb (27,215 kg)
Normal Takeoff: unknown
Max Takeoff: (A-12) 117,000 lb (53,070 kg); (YF-12) 124,000 lb (56,245 kg); (SR-71) 170,000 lb (77,110 kg)
Fuel Capacity: internal: 80,000 lb (36,290 kg); external: not applicable;
Max Payload: unknown

PROPULSION:
Powerplant: (A-12) two Pratt & Whitney J-58 afterburning turbo-ramjets; (M-21) two Pratt & Whitney J-58 afterburning turbo-ramjets; (YF-12) two Pratt & Whitney J-58 afterburning turbo-ramjets; (SR-71) two Pratt & Whitney JT11D-20B afterburning turbo-ramjets
Thrust: (A-12) 60,000 lb (267 kN); (M-21) 80,000 lb (356 kN); (YF-12) 63,000 lb (280 kN); (SR-71) 65,000 lb (289 kN)

PERFORMANCE:
Max Level Speed: at altitude: 2,275 mph (3,660 km/h) at 80,000 ft (24,385 m), Mach 3.35 [world record]; at sea level: unknown
Initial Climb Rate: unknown
Service Ceiling: 85,500 ft (26,060 m) [world record]
Range: 2,590 nm (4,800 km)
Endurance: 1 hr 30 min
g-Limits: unknown

ARMAMENT:
Gun: none
Stations: 1 external hardpoint
Air-to-Air Missile: none
Air-to-Surface Missile: none
Bomb: nuclear bombs
Other: cameras, IR sensors, radar, other recon sensors; (M-21) D-21 drone

KNOWN VARIANTS:
Oxcart: Classified designation given to the A-12 project by the CIA
Senior Crown: Classified designation given to the SR-71 project
A-11 Archangel: Lockheed's internal designation for its proposal to meet the CIA's high-speed reconnaissance aircraft requirement
A-12: Original design concept for a high speed bomber/interceptor, but built as a single-seat recon/strike platform, based on the A-11 design but with improvements to lower the radar cross section; 13 built (5 lost)
M-21: Originally intended as A-12 airframes but modified during construction with a second seat for an officer to operate the D-21 drone, the new designation refers to the aircraft's role as a mothership (M-21) to launch the daughter (D-21) and increase reconnaissance range; 2 built (1 lost)
YF-12A: Initially designed as an interceptor prototype equipped with a Hughes AN/ASG-18 pulse-Doppler radar in the nose and tandem weapons bays for AIM-47 air-to-air missiles, later used by NASA as Mach 3 research aircraft; 3 built (2 lost)
F-12B: Proposed production model of the YF-12A to serve as a USAF high-speed interceptor; cancelled
YF-12C: A-12 airframe modified with increased fuel capacity and other refinements to test many of the improvements incorporated into the SR-71; 1
converted
RB-12: A proposed reconnaissance bomber variant that reached the mockup stage before being cancelled
RS-12: Proposed strike model
B-12 or B-71: Proposed dedicated bomber variants
RS-71A: Original designation for the dedicated reconnaissance model
SR-71A: Definitive reconnaissance model with aerodynamic refinements, improved airframe, greater range, and fitted with advanced surveillance
equipment; 29 built (11 lost)
SR-71B: Two-seat trainer with a separate raised cockpit for an instructor pilot; 2 built (1 lost)
SR-71C: Two-seat trainer rebuilt from a YF-12A structural test model and incorporating parts from other crashed airframes, built to replace one of the SR-71B trainers that was lost, later used by NASA; 1 converted

KNOWN COMBAT RECORD: overflights of world hotspots

KNOWN OPERATORS:
United States (Central Intelligence Agency)
United States (US Air Force)
United States (NASA)

Tu 160 SuperSonic





Specifications (Tu-160)
General characteristics
Crew: 4 (pilot, co-pilot, bombardier, defensive systems operator)
Length: 54.1 m (177 ft 6 in)

Wingspan:
Spread (20° sweep): 55.70 m (189 ft 9 in)
Swept (65° sweep): 35.60 m (116 ft 10 in)
Height: 13.10 m (43 ft 0 in)

Wing area:
Spread: 400 m² (4,310 ft²)
Swept: 360 m² (3,875 ft²)
Empty weight: 110 t (242,000 lb)
Loaded weight: 267 t (590,000 lb)
Max takeoff weight: 275 t (606,000 lb)
Powerplant: 4× Kuznetsov NK-321 turbofans
Dry thrust: 137 kN (30,900 lbf) each
Thrust with afterburner: 245 kN (55,100 lbf) each

Performance
Maximum speed: Mach 2.05[18] (2,220 km/h, 1,380 mph, 1,200 knots) at high altitude
Range: 17,400 km (9,400 nm, 10,800 mi) unrefueled
Combat radius: 10,500 km (5,670 NM, 6,500 mi)
Service ceiling 15,000 m (49,200 ft)
Rate of climb: 70 m/s (13,860 ft/min)
Wing loading: 743 kg/m² with wings fully swept (152 lb/ft²)
Thrust/weight: 0.37
Armament
2 internal bays for 40,000 kg (88,200 lb) of ordnance, options include:
2 internal rotary launchers each holding 6× Raduga Kh-55 cruise missiles (primary armament) or 12× Raduga Kh-15 short-range nuclear missiles

eurofighter / typhoon II





Eurofighter of the German Luftwaffe, Instrumented Production Aircraft #3 a 2-seat trainer version used for air-to-air weapons integration.



Type Multirole fighter
Manufacturer Eurofighter GmbH
Maiden flight 27 March 1994[1]
Introduced 2003
Status Operational
Primary users Royal Air Force
Luftwaffe
Aeronautica Militare
Ejército del Aire
Number built 137 (as of December 2007)[2]
707 Ordered (as of January 2008)
Unit cost £61.5 million,[3] €88.4 mil., $122.5 mil. (2007 flyaway cost)
Developed from British Aerospace EAP
Northrop Grumman B-2 Spirit Intercontinental Strategic Bomber


Purwarupa “stealth bomber” B-2 muncul pada 1988 setelah sebuah riset rahasia satu dekade
oleh AU AS. Desain B-2 membuat langkah besar mengalahkan proyek sebelumnya seperti B-1B dan F-117, dengan sistem pemantulan gelombang radar yang dipercanggih dan bentuk sayap yang lebih aerodinamis.
BEntuk sayap yang berkontur (contoured) dari B-2 Spirit berisi kompartemen awak, ruang barang (payload bays) dan mesin, yang terlindung dari komponen yang dapat memantukan sebagian besar gelombang radar. Sebagai tambahan, selain dilindungi oleh radar absorbant materials (RAM), semua garis pada B-2 adalah parallel ke yang lainnya untuk menghamburkan gelombang radar. Juga, lubang keluaran mesin memanjang dan dilapisi dengan material pengabsorbsi-panas untuk mengurangi jejak panas inframerah dari B-2.
AU AS pada awalnya berencana untuk membuat 133 stealth bomber tetapi kemudian dipotong menjadi hanya 21 Pesawat. Walaupun sebenarnya dibuat untuk pesawat penyerangan nuklir, B-2 juga dilengkapi dengan senjata konvensional seperti JDAM. B-2 telah digunakan secara luas dengan peran penyerangan konvensional (bukan nuklir) selama konflik di Kosovo, Afghanistan dan Irak.


HISTORY:
First Flight : 17 July 1989
Service Entry: April 1997

CREW: two: pilot, co-pilot/mission commander

ESTIMATED COST: $1.157 billion [1998$]

DIMENSIONS:
Length: 69.00 ft (21.03 m)
Wingspan: 172.00 ft (52.43 m)
Height : 17.00 ft (5.18 m)
Wing Area: 5,000 ft2 (465.5 m2)

WEIGHTS:
Empty: 150,000 to 160,000 lb (68,040 to 72,575 kg)
Normal Takeoff: 336,500 lb (152,635 kg)
Max Takeoff: 376,000 lb (170,550 kg)
Fuel Capacity: internal: 200,000 lb (90,720 kg), external: none
Max Payload: 40,000 lb (18,145 kg)

PROPULSION:
Powerplant: four General Electric F118-110 turbofans
Thrust: 76,000 lb (338 kN)

PERFORMANCE:
Max Level Speed: at altitude: 530 mph (850 km/h) at 40,000 ft (12,190 m), Mach 0.8; at sea level: 485 mph (780 km/h), Mach 0.65; cruise speed: 515 mph (830 km/h) at 37,000 ft (11,275 m), Mach 0.78
Initial Climb Rate: 3,000 ft (915 m) / min
Service Ceiling: 50,000 ft (15,240 m)
Range: typical: 6,000 nm (11,110 km); w/1 aerial refueling: 10,000 nm (18,520 km)
g-Limits: +2.0

ARMAMENT:
Gun: none
Stations: two internal bomb bays
Air-to-Surface Missile: up to 16 AGM-69 SRAM II, up to 16 AGM-129 ACM, AGM-154 JSOW
Bomb: up to 16 B61/B83 nuclear bombs, up to 80 Mk 82 500-lb GP, up to 16 Mk 84 2,000-lb GP, up to 36 M117 750-lb GP, up to 16 GBU-31 JDAM, up to 16 GBU-36, up to 8 GBU-37 (GAM-113), up to 36 CBU-87/89/97/98 cluster
Other: up to 80 Mk 36 or Mk 62 500-lb sea mines

KNOWN VARIANTS:
B-2A: Original bomber operating from Whitman AFB, Missiouri; 22 built

KNOWN COMBAT RECORD:
Kosovo - Operation Allied Force (USAF, 1999)
Afghanistan - Operation Enduring Freedom (USAF, 2001)
Iraq - Operation Iraqi Freedom (USAF, 2003)

KNOWN OPERATORS: United States (US Air Force)

Lockheed Martin F-117 Nighthawk Precision Attack Bomber




F-117 adalah usaha untuk membangun produksi pesawat dengan sebuah jejak radar yang sangat kecil sehingga secara virtual tidak dapat terdeteksi. Revolusi dalam teknologi “stealh” ini utamanya untuk pengembangan program komputer sehingga mampu untuk menghitung (mengkomputasi) intensitas gelombang radar yang dipantulkan kembali ke sumbernya. Software ini mengharuskan bentuk unik Nighthawk tersusun dari panel angular datar. Sekali bentuk pesawat ditemukan dengan sebuah “cross section” radar kecil yang cukup, maka semua tergantung ahli aerodinamika untuk menemukan cara bagaimana membuat pesawat ini terbang. Usaha ini berhasil dengan pemakaian sistem kontrol terkomputerisasi “fly-by-wire” yang membuat penyesuaian konstan pada permukaan kontrol F-117 dan mempertahankan stabilitas.
Karakteristik stealth dari F-117 ditingkatkan dengan menggunakan berbagai jenis pelapisan material penyerap-radar (RAM=radar-absorban material) dan lapisan penyerap-radar (radar-absorbant screens) yang menutupi inlets mesin. Ujung pintu dan panel akses seperti roda pendaratan dan ruang tempat bom juga bergigi tajam (serrated) untuk menghamburkan gelombang radar. Jejak inframerah pesawat juga dikurangi dengan pencampuran gas keluaran panas dari mesin turbofan dengan udara dingin dan campuran tersebut dikeluarkan melalui saluran pipa melalui sebuah saluran pengeluaran “platypus” datar.
Meskipun disebut sebagai “stealth figter”, F-117 sesungguhnya merupakan sebuah pesawat serang yang membawa bom kendali/cerdas presisi (precision guided bombs) ke dalam daerah musuh. Persenjataan standar terdiri dari dua bom kendali-laser seberat 905kg, tetapi berdasarkan laporan misil Maverick dan HARM juga dibawa secara regular.
F-117 dibangun secara rahasia selama akhir 1970an dan awal 1980an dan tidak dipublikasikan hingga 1988. Segera setelahnya, Nighthawk melakukan debut perang pertamanya di Panama selama penghancuran dictator Manuel Noriega. F-117 melakukan performa terbaiknya untuk Operation Desert Storm ketika 42 pesawat melakukan serangan tiba-tiba dan terhitung 40% dari target strategis dapat dihancurkan/diserang. Satu-satunya kekalahan Stealth Fighter terjadi pada awal konflik Kosovo ketika perencanaan misi yang buruk mengakibatkan misil Serbia dapat memprediksi penerbangan F-117 melewati zona pertahanannya.
Walaupun mempunyai kemampuan revolusioner, F-117 mempunyai keterbatasan karena hanya dapat dipakai pada misi penyerangan malam hari dan secara berangsur-angsur menjadi usang dengan adanya pengembangan pesawat “stealth” yang lebih canggih. Dengan pengenalan pesawat F-22 dan F-35 multi-misi sebenarnya, membuat AU AS untuk “phase out” F-117 pada tahun 2008. Pesawat F-117 yang masih ada “dipensiunkan” di Tonopah Test Range, Nevada, tempat dimana mereka awalnya di tes. Di sini mereka disimpan untuk decade mendatang jika dibutuhkan kembali.

HISTORY:
First Flight: (Have Blue demonstrator) December 1977; (F-117A) 18 June 1981
Service Entry: 1983
Retirement : 22 April 2008

CREW: one: pilot

ESTIMATED COST: $45 million

DIMENSIONS:
Length: 65.92 ft (20.08 m)
Wingspan: 43.25 ft (13.20 m)
Height : 12.42 ft (3.78 m)
Wing Area: 784 ft² (73.0 m²)

WEIGHTS:
Empty : 29,500 lb (13,381 kg)
Normal Takeoff: unknown
Max Takeoff : 52,500 lb (23,814 kg)
Fuel Capacity unknown
Max Payload : 5,000 lb (2,268 kg)

PROPULSION:
Powerplant: two General Electric F404-F1D2 turbofans
Thrust : 21,600 lb (96.0 kN)

PERFORMANCE:
Max Level Speed at altitude: 646 mph (1,040 km/h), at sea level: unknown
Initial Climb Rate: unknown
Service Ceiling : unknown
Range: 1,140 nm (2,110 km) with max payload
g-Limits : +6

ARMAMENT:
Gun: none
Stations: two internal weapons bays with one hardpoint each
Air-to-Air Missile: AIM-9 Sidewinder
Air-to-Surface Missile : AGM-65 Maverick, AGM-88 HARM
Bomb: up to two GBU-10/-27 LGB
Other: gun pods

KNOWN VARIANTS:
Have Blue or XST: Nama kode untuk program Experimental Stealth Technology (XST) yang dipimpin oleh AU AS dan digunakan untuk mengembangkan kemampuan untuk mengurangi jejak radar pesawat, 2 dibuat (keduanya hancur)
F-117A : Production stealth attack bomber; 59 built
F-117B: Proposed improved model with radar, not built
F-117N or A/F-117X: Proposed naval version, not built

KNOWN COMBAT RECORD:
Panama - Operation Just Cause (USAF, 1989)
Iraq - Operation Desert Storm (USAF, 1991)
Kosovo - Operation Allied Force (USAF, 1999)
Iraq - Operation Iraqi Freedom (USAF, 2003)

KNOWN OPERATORS: United States (US Air Force)


Pengikut